Bisnis.com, MAKASSAR - Nilai ekspor Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Semester I/2023 tercatat mencapai US$1,12 miliar. Angka tersebut berhasil tumbuh 17,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$954,46 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Aryanto mengatakan, nikel menjadi komoditas pendorong ekspor paling besar pada paruh pertama tahun ini dengan mencatatkan nilai US$658,97 juta dan mengalami pertumbuhan sebesar 16,73 dibanding pada Semester I/2022.
"Nikel memang selalu menjadi yang paling besar terhadap nilai ekspor Sulsel sejauh ini. Pada Januari-Juni 2023, komoditas ini juga tercatat memberi andil paling besar di atas 50 persen dari total nilai ekspor secara keseluruhan," paparnya, Selasa (1/8/2023).
Selain nikel, komoditas penumbang ekspor paling besar lainnya yaitu besi dan baja sebesar US$186,72 juta yang berhasil tumbuh 19,44 persen, kemudian ada biji-bijian berminyak sebesar US$113,79 juta meskipun terkontraksi 4,03 persen jika dibandingkan paruh pertama 2022.
Sementara nilai ekspor Sulsel khusus pada Juni 2023 tercatat sebesar US$157,78 juta, menurun 16,26 persen bila dibandingkan Mei 2023 yang mencapai US$188,42 juta. Angka tersebut juga turun 3,41 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$163,36 juta.
Lima komoditas utama yang diekspor pada Juni 2023 yaitu nikel; besi dan baja; biji-bijian berminyak; lak, getah dan damar serta ikan dan udang dengan distribusi persentase masing-masing sebesar 55,13 persen, 19,80 persen, 7,29 persen, 3,83 persen, dan 3,00 persen.
"Sebagian besar ekspor pada bulan tersebut ditujukan ke Jepang, Tiongkok, Australia, Amerika Serikat dan Taiwan dengan proporsi masing-masing 58,61 persen, 33,23 persen, 1,50 persen, 1,26 persen dan 1,03 persen," tutur Aryanto.