Bisnis.com, MAKASSAR - Komitmen lingkungan, sosial, dan tata kelola usaha oleh korporasi menjadi langkah penting untuk menciptakan identitas perusahaan yang berkelanjutan. Pijakan ini pula yang selalu dilaksanakan oleh PT Vale Indonesia Tbk. sejak awal operasinya.
Bahkan komitmen lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social & governance (ESG) emiten dengan kode saham INCO ini memperoleh atensi khusus dari Presiden Joko Widodo.
“Saya perintahkan, kepada seluruh perusahaan tambang di Indonesia, meniru apa yang telah dilakukan PT Vale,” kata Kepala Negara saat mengunjungi Blok Sorowako, wilayah operasional PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Maret 2023. Bukan tanpa alasan, kalimat yang bernada instruksi itu diucapkan Presiden Joko Widodo setelah melihat secara dekat aktivitas pertambangan terintegrasi berwawasan hijau yang dipraktikkan PT Vale.
Secara eksplisit, hal tersebut juga menjadi penanda yang teramat kuat bahwa sektor ekstraktif Tanah Air sudah berada pada jalur hijau, dan itu berjalan dengan sangat baik di Blok Sorowako. Dengan kata lain, tren bisnis yang mengaplikasikan ESG pada sektor pertambangan sejatinya telah menjadi bagian integral pada aktivitas pertambangan domestik, khususnya pada mineral nikel.
Sejatinya, ESG menjadi peluang bagi perusahaan dalam menciptakan sustainable business atau bisnis berkelanjutan. Dengan ESG, perusahaan bisa meningkatkan keuntungan dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan dan sosial di sekitarnya. Pengaplikasian ESG juga berarti memberi harapan bagi lingkungan supaya tetap terjaga dan pemberdayaan sumber daya manusia yang optimal bagi masyarakat sekitar perusahaan.
Vale Indonesia, perusahaan yang berafiliasi dengan MIND ID ini sebenarnya telah memulai praktik ESG sejak awalawal berdirinya, dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Larona berkapasitas 165 megawatt (MW) yang mulai dioperasikan pada 1979. Pembangkit listrik rendah emisi seperti PLTA ini kemudian ditingkatkan dengan pendirian dua pembangkit lagi yaitu PLTA Balambano yang beroperasi pada 1999 dengan kapasitas 110 MW dan PLTA Karebbe yang beroperasi pada 2011 dengan kapasitas 90 MW.
Baca Juga
Ketiga PLTA itu tidak hanya mendukung operasional, melainkan juga menjadi tumpuan suplai listrik masyarakat Kabupaten Luwu Timur. Lebih dari setengah kebutuhan listrik masyarakat di kabupaten ini berasal dari tiga pembangkit listrik milik Vale. Pada skala lebih luas, seluruh PLTA itu juga memberikan eskalasi signifikan dalam penerapan prinsip keberlanjutan karena mampu menekan emisi karbon sekitar 1 juta ton CO2 eq.
Oleh karena itu, perseroan secara konsisten terus mengembangkan praktik pertambangan hijau mengikuti tren keberlanjutan dan prinsip ESG. Dalam beberapa tahun terakhir misalnya, perseroan begitu agresif mendorong prinsip sustainability melalui setiap programnya.
Pada 2022, misalnya, ketika perseroan menggelontorkan anggaran pengelolaan lingkungan mencapai US$20,14 juta untuk area Sorowako dan Pomalaa. Anggaran itu digunakan untuk mereklamasi lahan bekas tambang dan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS).
Sepanjang tahun lalu, perseroan juga merehabilitasi dan reklamasi lahan bekas tambang seluas 259,43 hektare (ha). Secara kumulatif, luasan lahan yang telah di reklamasi Vale guna mengembalikan ekosistem lahan bekas tambang hingga konservasi sudah mencapai 3.500,22 ha. Sebagai informasi, perseroan melaporkan realisasi lahan yang dibuka untuk operasi pertambangan hingga akhir 2022 seluas 5.458 ha. Dari luasan itu, sekitar 64% sudah direkla masi guna menjaga keseimbangan lingkungan.
Langkah reklamasi itu didukung dengan penanaman pohon yang terdiri dari pohon lokal sebanyak 49.242 batang dan pohon endemik sebanyak 17.631 batang. Di luar wilayah konsesi, perseroan juga melakukan rehabilitasi DAS seluas 435 ha di enam wilayah kecamatan Provinsi Jawa Barat, serta menyerahkan 140 ha lahan kritis pada DAS yang telah direhabilitasi kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Masifnya upaya pengelolaan lingkungan yang terus dilakukan Vale merupakan tindak lanjut dari keberhasilan mereka menjaga kondisi lingkungan di Sorowako. Pasalnya, selama lebih dari setengah abad perusahaan ini beroperasi di Indonesia, kelestarian Danau Matano tetap terjaga yang terlihat dari debit airnya yang jernih dan terus mengalir deras.
“Danau yang berlokasi di wilayah pertambangan Sorowako itu sampai saat ini memiliki kualitas air yang terjaga. Kondisi serupa juga dirasakan pada kualitas udara Sorowako yang berada pada level yang baik,” kata Head of Communication Vale Indonesia Bayu Aji kepada Bisnis, belum lama ini.
Laporan keberlanjutan perseroan pada 2022 menunjukkan bahwa INCO mampu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi 1,64 juta ton CO2 eq. Angka tersebut 17% lebih rendah dibandingkan 2021 yang mencatatkan realisasi 1,97 juta ton CO2 eq. Dengan demikian, secara kumulatif, total GRK mereka berhasil turun sebesar 60.422 ton CO2 eq, dari baseline pada 2017 sebesar 2.013.950 ton CO2 eq.
Pencapaian ini menjadi bagian dalam proyeksi peta jalan net zero emission perseroan hingga 2050. Alasan ini pulalah yang pada akhirnya mampu memikat produsen mobil global Ford Motor Company untuk menjalin kerja sama dengan Vale Indonesia dan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ketiganya melakukan penandatanganan perjanjian final penyertaan modal investasi proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa senilai Rp67,5 triliun melalui kesepakatan definitif yang turut dihadiri Presiden Joko Widodo di Sorowako, Maret 2023.
Proyek peleburan berteknologi HPAL ini akan menghasilkan jenis nikel yang bernama Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan Mixed Sulphide Precipitate (MSP) yang dapat dimanfaatkan untuk komponen baterai kendaraan listrik.
PROGRAM SOSIAL
Selain sisi pengelolaan lingkungan, Vale juga nampak begitu progresif dalam penerapan program sosial. Perseroan mengeluarkan anggaran mencapai US$6,3 juta untuk melaksanakan 82 Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) pada 2022. Jumlah program tersebut bahkan lebih banyak dari tahun sebelumnya yang hanya 54 program.
Perinciannya, sebanyak US$5,3 juta untuk Sorowako, senilai US$732.603 untuk Bahodopi, dan sebesar US$304.977 untuk Pomalaa. Dari nilai itu, mayoritas digunakan untuk pembangunan infrastruktur yang menunjang PPM yang mencapai US$2,7 juta, sedangkan alokasi untuk urusan kesehatan mencapai US$1,12 juta. Sementara alokasi untuk tingkat pendapatan riil masyarakat US$1,07 juta, kemandirian ekonomi US$522.478, kelembagaan komunitas US$225.885, sosial budaya US$232.964, sosial lingkungan US$36.713, dan pendidikan US$15.705.
Meskipun demikian, perseroan tetap mampu mempertahankan kinerja produksi dan keuangan yang solid sepanjang 2022. Pada 2022, perseroan memproduksi nikel matte mencapai 60.090 ton. Meski produksinya menurun jika dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 66.515 ton, perusahaan mampu mengoptimalkan perolehan nilai ekonomi yang dihasilkan dari penjualan nikel matte menjadi US$1,17 miliar, tumbuh 23,7% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Perseroan juga terus aktif dalam memberikan kontribusi ekonomi bagi negara dan daerah lokasi pabrik berada. INCO memberikan kontribusi kepada negara dalam bentuk pembayaran pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar US$179 juta pada 2022, meningkat 58% YoY. Sementara, selama dua tahun terakhir (2021-2022), Vale juga menyetor pajak daerah sebesar US$50 juta atau setara Rp700 miliar. Jika diakumulasikan selama 2011-2022, kontribusi pajak daerah dari perseroan sudah mencapai US$235 juta atau setara Rp3,29 triliun.
Angka tersebut termasuk retribusi air permukaan atau water levy yang nilainya pada 2021-2022 mencapai US$8 juta atau sekitar Rp278 miliar. Sementara untuk royalti dari Vale Indonesia yang telah dibayarkan dalam dua tahun terakhir mencapai US$54 juta atau setara Rp756 miliar. Dari sisi kumulatif, perseroan menyetor pajak-pajak pusat periode 2011-2022 mencapai US$740 juta atau Rp10,36 triliun.
Tentunya itu sudah ada bagian yang dibagihasilkan ke provinsi maupun kabupaten sumber, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sederet realisasi catatan itu sejalan dengan praktik keberlanjutan dengan mengusung prinsip ESG yang diterapkan oleh perseroan sepanjang aktivitas operasionalnya.
CEO Vale Indonesia Febriany Eddy memandang bahwa ESG atau konsep keberlanjutan ini sudah sejak lama diterapkan dan telah menjadi bagian dari jati diri sebuah perusahaan. “Sustainability itu bukan inisiatif, bukan satu proyek atau program. Sustainability itu harus menjadi bagian dari jati diri kita, jati diri dari perusahaan,” katanya pada suatu kesempatan belum lama ini.
Menurutnya, konsep keberlanjutan di bisnis yang dijalankan perseroan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Terlebih pada sektor pertambangan, imbuhnya, hal tersebut sangat penting sehingga harus ada esensi sustainability agar seluruh aktivitas bisa meminimalisir dampak lingkungan, tetapi membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sementara itu, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya belum lama ini mengungkapkan bahwa penerapan ESG akan memberikan peluang bagi perusahaan dalam melakukan ekspansi, utamanya perusahaan di sektor pertambangan.
Dia menilai ESG menjadi salah satu faktor penting bagi industri pertambangan agar memiliki daya saing di tingkat global. Bagi perusahaan yang memiliki niat berekspansi, menerapkan prinsip ESG dalam usahanya menjadi keharusan supaya jika mereka ingin membuat izin tambang di negara lain, sudah punya reputasi.
“Karena di negara luar sana itu tidak mau tanahnya dirusak oleh perusahaan negara lain, makanya menerapkan ESG akan menjadi acuan pengukuran untuk negara luar dalam menilai apakah perusahaan tambang memperhatikan faktor lingkungan dan sosial dalam aktivitasnya,” jelas Berly.
Dia menambahkan bahwa wajar saja jika Presiden Joko Widodo memerintahkan perusahaan tambang lain di Indonesia untuk meniru Vale Indonesia. Menurutnya, Vale Indonesia saat ini menjadi salah satu perusahaan tambang dengan nilai ESG terbaik di antara negara-negara G20. INCO disejajarkan dengan perusahaan tambang lainnya seperti Newmont dari Amerika Serikat, BHP Billiton dari Australia, Rio Tinto, dan Nutrient.
Di sisi lain, Vale Indonesia pada tahun ini dinobatkan se ba gai korporasi terbaik sektor logam dan mineral pada Bisnis Indonesia Award (BIA) 2023, menyusul konsistensi perseroan da lam menjaga performa dibarengi dengan praktik keberlanjutan pada aktivitas operasionalnya. BIA 2023 merupakan ajang penganugerahan tahunan dari Bisnis Indonesia Group yang telah masuk tahun ke-21 semenjak pertama kali dilaksanakan pada 2002. Tema BIA 2023 adalah Bertumbuh di Era Baru.
Ajang ini memberi apresiasi kepada dunia usaha yang mampu menjaga pertumbuhan positif selama periode tiga tahun dengan senantiasa aktif dalam mencari peluang agar dapat meningkatkan kinerja perusahaannya selama pandemi Covid-19 dan siap menyongsong era baru pascapandemi. Ketua Dewan Juri BIA 2023 yang juga Ketua Dewan Komisioner OJK 2017-2022, Wimboh Santoso mengemukakan bahwa dewan juri mengikutkan kriteria baru untuk penilaian BIA 2023, yakni penerapan ESG di perusahaan.
Presiden Komisaris Bisnis Indonesia Group Hariyadi Sukamdani menyampaikan bahwa seluruh perusahaan setiap kategori, harus memenuhi kriteria screening awal dengan saringan bervariasi yang dilakukan oleh Bisnis Indonesia Resources Center (BIRC). “Tema tahun ini dipilih untuk memberikan apresiasi kepada dunia usaha yang mampu menjaga pertumbuhan positif
selama periode tiga tahun,” katanya.