Bisnis.com, MAKASSAR - Jumlah penduduk miskin di Kota Makassar berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Makassar, sebanyak 74.690 jiwa pada 2021. Jumlah ini meningkat 4.710 jiwa dari total penduduk miskin 2020 yang mencapai 69.980 jiwa.
Kepala BPS Makassar Syahrir Wahab mengatakan pada 2019 jumlahnya masih 65.120 jiwa. Artinya selama tiga tahun berturut-turut jumlah penduduk miskin terus bertambah. Namun demikian, spada 2017 ke 2018 ada penurunan, dari jumlah 68.190 jiwa menjadi 66.220 jiwa pada 2018.
Selain itu garis kemiskinan yang dihitung berdasarkan pendapatan per kapita per bulan juga mengalami peningkatan. Dalam lima tahun terakhir sejak 2017, garis kemiskinan di Makassar berkisar pada angka Rp366.430, naik menjadi Rp386.545.
Lalu naik menjadi Rp418.830, naik lagi pada 2020 menjadi Rp442.513 dan menjadi Rp475.444 pada 2021 ini.
Syahrir menduga pengaruh pandemi Covid-19 memberi dampak terhadap kenaikan angka kemiskinan ini. Terutama rentang 2020 hingga saat ini.
“Mungkin dari dampak pandemi Covid-19 memberi andil besar yang menyebabkan angkatan kerja kehilangan pekerjaan atau pendapatan,” jelas Syahrir belum lama ini.
Baca Juga
Namun Pengamat Ekonomi STIE Tri Dharma Nusantara, Agussalim Rahman mengatakan jika efek pandemi tidak begitu signifikan berdampak dalam meningkatkan jumlah orang miskin. Karena saat ini aktivitas perekonomian dinilainya relatif membaik.
Meningkatnya angka kemiskinan saat ini dinilainya lebih diakibatkan oleh keterbatasan akses terhadap sumber daya.
Bisa saja hal ini terjadi karena di Makassar kemiskinannya hanya bersifat insidentil atau kemiskinan relatif. Maksudnya penghasilannya menurun akibat perputaran ekonomi yang melambat, namun tetap masih bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.
"Jadi kita harus ketahui apa indikator kemiskinannya. Karena tingkat kemiskinan di perkotaan selalu lebih rendah dibanding di perdesaan. Umumnya orang yang tinggal di perkotaan itu memiliki pekerjaan sebagai sumber penghasilan. Karena keterbatasan mereka mengakses sumber daya, bisa saja tercatat miskin, padahal hanya insidentil," jelas Agussalim.