Bisnis.com, MAKASSAR - Meningkatnya jumlah transaksi investasi pasar saham di Sulawesi Selatan tak lepas dari suku bunga bank yang menurun sejak lima tahun terakhir. Selain itu, perkembangan sistem digital juga menjadi faktor menguatnya literasi masyarakat tentang pasar saham.
Ekonom Universitas Hasanuddin, Hamid Paddu, menjelaskan tiga tahun lalu di Indonesia terutama Sulsel, perbankan masih dominan digunakan masyarakat untuk menginvestasikan uangnya. Jadi saat itu produk yang dikenal masyarakat hanya tabungan bank.
Sementara untuk pasar modal seperti surat berharga, obligasi, ekuitas yaitu saham, masih belum banyak yang mengetahui. Apalagi di daerah-daerah seperti di Sulsel.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, imbal hasil atau suku bunga perbankan cenderung menurun. Bahkan sudah lima tahun terakhir ini menurun, membuat masyarakat menganggap tidak ada hasil yang didapat dari bank.
"Bahkan suku bunga sekarang untuk giro tidak sampai 1 persen dalam setahun. Jadi hampir tidak ada hasilnya kalau menabung. Sementara deposito dua tahun lalu masih 5 persen, sekarang tinggal 3 persen. LPS-nya malah 2,75 persen. Jadi rendah sekali," papar Hamid kepada Bisnis, Selasa (28/12/2021).
Sementara pada saat yang sama, pasar saham di Indonesia dengan adanya Bursa Efek Indonesia, semakin berkembang. Berbagai literasi dilakukan ke masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui bahwa ada alternatif untuk menyimpan harta atau aset portofolio pilihannya.
Baca Juga
"Kita mulai terbuka. Bukan hanya di bank, tapi di non-bank juga masyarakat mulai ke sana. Ternyata imbal hasil di pasar saham relatif tinggi. Kalau di perbankan suku bunga itu maksimal 3,5 persen, di pasar modal, obligasi, surat berharga, masih dapat 6,5 persen untuk jangka menengah," jelasnya.
Sementara untuk di pasar saham, Hamid mengatakan bagi hasil lebih tinggi lagi. Walaupun risikonya juga lebih tinggi. Selain faktor perbankan, meningkatnya investasi saham di Sulsel karena berkembangnya sistem digital.
Jumlah transaksinya pasar saham di 2021 tercatat telah mencapai angka Rp36,4 triliun. Jumlah ini jauh meningkat dibanding dua tahun lalu yang hanya mencatat transaksi di angka Rp6,9 miliar.