Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

100 Hektare Lahan Padi Ladang di Parigi Moutong Masuk Upsus Pajala

Pemkab Parigi Moutong di Sulawesi Tengah menyiapkan lahan padi ladang seluas 100 hektare untuk masuk Upsus Pajala 2021.
Newswire
Newswire - Bisnis.com 15 Juni 2021  |  01:03 WIB
100 Hektare Lahan Padi Ladang di Parigi Moutong Masuk Upsus Pajala
Ilustrasi petani menampi gabah. - Antara

Bisnis.com, PARIGI – Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, menyiapkan sekitar 100 hektare lahan padi ladang untuk masuk Program Nasional Upaya Khusus padi, jagung dan kedelai (Upsus Pajala) 2021.

Selain padi sawah, Parigi Moutong juga mendapat kuota benih untuk lahan padi ladang 100 hektare dan petani sangat siap menanam," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Parigi Moutong Dadang Priatna Jaya.

Dia mengutarakan 100 hektare lahan itu berada di dua kecamatan yakni Sidoan 32 hektare dan Taopa 68 hektare. Pengadaan benih baru direalisasikan pada perubahan anggaran nanti melalui pemerintah pusat yang melekat di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Pemprov Sulteng.

Dua kecamatan tersebut merupakan wilayah yang masih mempertahankan sistem budi daya padi lahan kering, dan pemerintah sangat mendukung sistem bercocok tanam tersebut.

Perlakuan budi daya padi ladang, kata Dadang, beda dengan padi sawah, karena siklus dari masa taman ke masa panen memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan sistem persawahan. "Padi ladang perlu sekitar 6 bulan baru bisa dipanen, karena hanya mengandalkan hujan untuk pertumbuhannya."

Selan itu, penentuan waktu juga menjadi pertimbangan. Olehnya, petani lebih memilih menanam saat musim penghujan karena dinilai menguntungkan sebab semata-mata sistem tersebut hanya mengandalkan hujan.

Dadang menambahkan meski siklus panen lama, di sisi lain padi ladang lebih higienis karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida dalam perawatannya. "Sistem ini perlu dipertahankan, karena perawatannya tanpa menggunakan bahan kimia. Ini kearifan lokal yang harus dilestarikan."

Padi ladang biasanya dikembangkan masyarakat di wilayah-wilayah pegunungan yang tidak memiliki sumber air memadai. Menurut Dadang, Beras dari padi non-sawah dipastikan berkualitas karena proses pengolahannya sangat alami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

pertanian sulawesi tengah

Sumber : Antara

Editor : M. Syahran W. Lubis

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    Terpopuler

    Banner E-paper
    back to top To top