Bisnis.com, MAKASSAR - Sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah hingga kini masih dibayangi bencana alam, khususnya banjir, sebab intensitas curah hujan dalam beberapa hari terakhir maupun ke depan masih tinggi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulteng, Bartholomeus Tandigala meminta masyarakat utamanya yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) untuk tetap waspada, karena musim hujan masih melanda sejumlah wilayah di provinsi ini.
“Beberapa wilayah di Tanah Air sedang memasuki musim kemarau tapi di Sulteng curah hujan masih tinggi sehingga bencana alam banjir dan longsor sewaktu-waktu bisa terjadi,” kata Bartholomeus Tandigala, Senin (10/8/2020).
Seperti yang baru saja terjadi di Kulawi, Kabupaten Sigi pada Sabtu (8/8-2020) secara tiba-tiba dilanda banjir bandang dan banyak rumah warga yang mengalami rusak dan beberapa diantaranya terseret banjir. "Tapi tidak ada korban jiwa," kata dia.
Berdasarkan informasi dari pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Sulteng masih berpotensi diguyur hujan lebat. Karena itu masyarakat hendaknya tetap waspada.
Kurun waktu beberapa bulan terakhir ini, kata Bartholomeus, beberapa daerah di Sulteng dilanda banjir, termasuk di Kabupaten Parigi Moutong yang mengakibatkan beberapa jembatan putus diterjang banjir.
Baca Juga
Selain di Kabupaten Parigi Muotong, juga di Kabupaten Tojo dan Banggai, Poso,Morowali, Morowali Utara.
Menyangkut banjir bandang di Desa Bolapapu, menurut Bartholomeus perlu mendapat perhatian pemerintah, khususnya Kabupaten Sigi, sebab bencana sama sudah beberapa kali terjadi.
Artinya, bahwa permukiman penduduk di desa itu sudah tidak bisa dikategorikan aman untuk suatu permukiman sehingga perlu dipikirkan bersama agar bencana yang sama tidak lagi mengancam penduduk.
Masalahnya, lokasi permukiman penduduk di Desa Bolapapu sudah sering dilanda banjir bandang. Bahkan pada beberapa bulan lalu pada 2019 banjir bandang menghajar wilayah itu dan ada dua korban jiwa meninggal dunia terkurung dalam rumahnya saat banjir memporak-porandakan desa dipinggir kawasan hutan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) itu.