Bisnis.com, MAKASSAR - Pada hakikatnya, tanaman mangrove berfungsi untuk melindungi daratan dari gelombang laut. Selain itu, tanaman ini juga berperan dalam mengurangi abrasi akibat gelombang air laut.
Selain menjaga perannya sebagai tanaman air, hutan mangrove kini juga menjadi tujuan wisata yang mulai dikelola di beberapa daerah. Di Kota Makassar misalnya, pemerintah kota setempat tengah berupaya menghidupkan ekowista mangrove yang terletak di pantai utara Kota Makassar.
Ekowisata Mangrove Lantebung, demikian kawasan wisata itu diberi nama. Jaraknya tak cukup 30 menit dari pusat Kota Makassar. Mulai populer sejak 2017 silam, kawasan ekowisata ini seolah memberi napas baru bagi industri pariwisata Kota Makassar.
Pengembangan di kawasan ekowisata tersebut terus dilakukan. Adanya dukungan dari sejumlah pihak membuat Ekowisata Mangrove Lantebung semakin menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Kendati pengunjung masih didominasi oleh wisatawan lokal, namun kawasan ini mulai akan didorong untuk menjadi destinasi wisata andalan di Makassar.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan merupakan salah satu pihak yang turut mendukung pengembangan ekowisata yang terletak di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea ini. Dengan melibatkan Generasi Baru Indonesia (GenBI) Sulsel, kawasan Mangrove Lantebung kini semakin elok dipandang mata.
"Bank Indonesia mendukung penuh pengembangan pariwisata di Sulsel, khususnya Makassar. Mengingat sektor pariwisata dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru dan membantu Indonesia mengurangi defisit transaksi berjalan," ungkap Kepala BI Sulsel Bambang Kusmiarso, Minggu (21/6/2020).
Adapun bentuk dukungan yang diberikan BI Sulsel berupa pembangunan amenitas seperti spot foto, gapura identitas, perpanjangan tracking, gazebo, papan informasi serta penunjuk arah. Termasuk penanaman bibit mangrove yang dilakukan oleh GenBI yang merupakan kumpulan mahasiswa penerima beasiswa dari BI di sejumlah perguruan tinggi negeri di Makassar.
Tanaman bakau yang memenuhi lahan seluas 170 ke arah laut akan memanjakan mata para pengunjung. Untuk menyusuri kawasan ini, pengunjung bisa melalui dermaga pelangi sepanjang 270 meter. Di beberapa titik, pengunjung juga bisa mengabadikan gambar diri dengan disediakannya spot foto yang menarik.
"Kami berharap dukungan BI Sulsel dalam pengembangan ekowisata Mangrove Lantebung bisa memberi manfaat bagi warga setempat dan masyarakat lainnya," jelas Bambang.
Awalnya, penanaman bakau di kawasan Mangrove Lantebung ini dilakukan secara swakelola oleh warga setempat. Didampingi Dinas Perikanan dan Pertanian Makassar dan bekerjasama dengan International Fund For Agricultural. Melihat adanya potensi wisata dari hutan bakau tersebut, lokasi ini kemudian dikembangkan menjadi kawasan ekowisata.
Penjabat Wali Kota Makassar Yusran Yusuf menerangkan hadirnya ekowisata Mangrove Lantebung tak hanya mampu memberi kontribusi terhadap industri pariwisata Makassar. Tetapi juga mendukung ketersediaan ruang terbuka hijau atau RTH di kota Anging Mammiri. Yang mana saat ini
"Saat ini RTH di Makassar hampir sekitar 9 persen. Dengan adanya pengembangan wisata Mangrove Lantebung sampai ke wilayah Untia diharapkan RTH Makassar dapat dimaksimalkan hingga 15 persen," ungkap Yusran.
Pengembangan kawasan ini juga menjadi salah satu strategi Pemerintah Kota Makassar untuk membangkitkan kembali industri pariwisata yang turut merasakan dampak pandemi Covid-19. Termasuk menghidupkan kembali ekonomi masyarakat di kawasan Mangrove Lantebung.