Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Sulsel Klaim Kurva Penyebaran Covid-19 Menurun, IDI: Perlu Disertai Data Ilmiah

Humas IDI Makassar Wahyudi Muchsin menilai penambahan kasus di Sulsel bahkan terus meningkat signifikan.
Gubernur Sulsel Nurdin  Abdullah./Bisnis-Andini Ristyaningrum
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah./Bisnis-Andini Ristyaningrum

Bisnis.com, MAKASSAR - Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengklaim bahwa kurva angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 di wilayah pimpinannya cenderung mengalami penurunan. Olehnya itu, pihaknya memutuskan untuk melakukan sejumlah pelonggaran aktivitas, salah satunya pembukaan tempat ibadah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Pernyataan yang dilontarkan Gubernur Nurdin tampaknya bertentangan dengan laporan harian Covid-19 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Hingga hari ini (5/6/2020) jumlah kasus Covid-19 di Sulsel bahkan telah mencapai 1.776 kasus. Sejak tiga hari terakhir penambahan kasus Covid-19 di Sulsel rerata di atas 50 kasus.

Pada 3 Juni 2020 misalnya, jumlah kasus Covid-19 Sulsel yakni sebanyak 1.668. Lalu pada 4 Juni 2020, jumlah kasus Covid-19 Sulsel sebanyak 1.721 kasus. Angka tersebut bahkan membawa Sulsel masih berada pada urutan keempat dengan kasus Covid-19 tertinggi setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Sulsel juga tercatat menjadi tiga provinsi, selain Jawa Timur dan Kalimantan Selatan dengan angka penularan virus Corona tertinggi di Indonesia. Yang mana sebelumnya pemerintah pusat meminta tiga provinsi ini fokus pada penangan Covid-19 agar bisa menekan penularan.

"Kita tidak melihat perkembangan kurva penyebaran virus Corona. Tapi kita melihat rata-ratanya," kata Nurdin usai mengikuti salat Jumat di Masjid Al Markaz Makassar, Jumat (5/6/2020).

Nurdin menyebut, segala upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi Sulsel untuk menekan angka pasien positif Covid-19. Nurdin menekankan, jika pihaknya terus dan massif melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) dan rapid test, agar bisa cepat menemukan orang-orang yang tertular virus Corona.

Untuk daerah episentrum seperti Kota Makassar menurut Nurdin juga diklaim telah mengalami perlambatan kasus. Padahal jumlah kasus Covid-19 di Makassar hingga hari ini mencapai 1.041 kasus dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 431 orang dan 78 orang lainnya dinyatakan meninggal dunia.

"Jangan liat trennya, sekarang inikan tidak terlalu tinggi ya. Kemarin dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sangat signifikan. Dari RO yang 3,8 menjadi 2, dan kita menuju di bawah 1. Sementata untuk Sulsel sekarang ROnya 1,08, artinya ada pengendalian," jelas Nurdin.

Menanggapi hal itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar menilai Gubernur Nurdin menyampaikan statement tanpa dasar ilmiah. Humas IDI Makassar Wahyudi Muchsin menilai penambahan kasus di Sulsel bahkan terus meningkat signifikan. Belum lagi, ada catatan kasus dokter dan tim medis yang juga ikut terpapar di sejumlah rumah sakit rujukan.

Yudi sapaan akrabnya menyebut, kondisi saat ini justru cukup mengkhawatirkan apalagi sudah adanya pelonggaran di sejumlah aktivitas. Menurutnya kemampuan screening dan sistem pelaporan data masih belum sesuai, maka jangan sampai masyarakat merasa sudah 'aman' di kondisi yang pada kenyataannya masih berbaring terbalik.

"Sebaiknya datanya lebih terbuka. Kita tidak perlu memaksakan New normal di Sulsel, sementara data tidak mendukung . Sangat mengkhawatirkan bila ada statement di tingkat lokal terkait kasus menurun, pandemi landai, dan segera berakhir. Padahal kondisi real tidak seperti itu," terang Yudi.

IDI Kota Makassar berharap Pemerintah Provinsi Sulsel yang mengklaim melandainya kasus Covid-19 di Sulsel disertai data ilmiah. Apalagi Pemprov Sulsel juga sudah menyatakan adanya 18 daerah yang sudah mampu menekan laju kasus virus Corona.

Menurut Yudi, seharusnya data yang dirilis pemerintah provinsi merupakan data berbasis pelayanan bukan berbasis domisili. Sebab hampir semua pasien dengan status positif di daerah dirujuk ke Makassar untuk mendpaatkan perawatan medis di rumah sakit rujukan.

"Data terkini di tingkat provinsi, penyebaran Covid-19 masih terbilang tinggi dengan Kota Makassar sebagai episentrum Sulsel di mana saat ini sudah masuk empat besar kasus tertinggi untuk harian, di bawah DKI Jakarta, Jatim, dan Jabar," jelas Yudi.

Yudi menerangkan, jika pemerintah memang ingin kasus melandai sebaiknya ada aturan jelas yang mengatur. Terlebih sudah adanya kelonggaran dalam sejumlah aktivitas. Termasuk adanya wacana menuju era new normal.

Sebelum menuju era tersebut pemerintah dinilai perlu menyiapkan protap kesehatan agar masyarakat tidak gagal paham. Misalnya saja protap kesehatan yang berlaku di pusat perbelanjaan seperti mal dan pasar, juga sekolah, kampus atau tempat umum lainnya yang juga banyak dikunjungi masyarakat. (k36)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler