Bisnis.com, MAKASSAR - Pandemi virus Corona atau Covid-19 secara global berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, termasuk di dalamnya Sulawesi Selatan.
Namun demikian, merujuk pada data Bank Indonesia Sulsel, hingga minggu ketiga Maret harga barang pokok di pasaran masih terkendali.
Kepala BI Sulsel Bambang Kusmiarso menjelaskan secara umum beberapa komoditas menunjukkan deflasi. "Kecuali gula pasir yang secara bulanan (mtm) mengalami kenaikan harga relatif tinggi, mencapai 14.23 persen," ungkap Bambang, Senin (23/3/2020).
Sulsel dinilai memiliki modal dasar dan cukup kuat dalam menghadapi tekanan Covid-19. Hal itu tercermin dari ketersediaan stok pangan yang masih terjaga dengan harga yang masih di level wajar.
Ia mengatakan, berdasarkan pemantauan dari Pusat lnformasi Harga Pangan Strategis (PIHPS : www.hargapangan.id) hingga minggu ketiga Maret 2020, perkembangan harga komoditas strategis seperti beras, minyak goreng, bawang putih, dan bawang merah terpantau berada pada level yang terkendali, baik di pasar tradisional, pasar modern, maupun pedagang besar.
Dari kondisi perkembangan harga tersebut menurut Bambang, salah satu poin penting yakni pasokan komoditas strategis di wilayah Sulsel masih relatif terjaga. Mencermati kondisi itu, maka masyarakat diharapkan tidak perlu panik dan tidak perlu melakukan belanja yang berlebihan atau panic buying dalam menghadapi Covid-19.
Baca Juga
"Dengan menerapkan pola beianja bijak dan berkegiatan ekonomi yang normal, maka masyarakat memberikan andil nyata dalam menjaga stabilitas perekonomian Sulsel," ungkap Bambang.
Hal itu penting dilakukan untuk menagntisipasi terjadinya potensi kenaikan tekanan inflasi, BI Sulsel bersama dengan instansi yang tergabung dalam Tim Pengendalian lnflasi Daerah (TPID) terus melaksanakan kegiatan monitoring dan meningkatkan koordinasi.
Bambang menyebut, dalam upaya pengendalian inflasi, seluruh stakeholder terkait akan bertindak mengacu pada penerapan strategi kebijakan 4K yang mencakup ketetsediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi yang efektif.
"Pada posisi Februari 2020, tekanan inflasi tercatat sebesar 2,84 persen (yoy). Lebih rendah dari rata-rata inflasi lima tahun terakhir yang mencapai 4.47 persen (yoy). Sejak 2017 hingga 2019, inflasi tahunan Sulsel juga menunjukkan tren perkembangan yang menurun," jelasnya.
Di sisi lain, untuk mendukung kelancaran aktivitas perekonomian masyarakat, dari sisi sistem pembayaran, Bank Indonesia bersama perbankan menjamin ketersediaan dan kecukupan pasokan uang rupiah di masyarakat saat ini maupun ke depan dalam rangka menyambut puasa dan Hari Raya Idul Fitri.
Di tengah merebaknya pandemi Covid-19 yang semakin masif, BI juga mempertimbangkan beberapa kelebihan dari penggunaan pembayaran nontunai, karenanya, BI mengimbau masyarakat untuk dapat menggunakan berbagai alternatif instrumen pembayaran nontunai. Misalnya saja dalam bentuk kartu kredit, debit, e-money, baik yang berbasis kartu, maupun server kode QRIS.
"BI juga mengimbau kepada para pelaku usaha bersama dengan Penyedia Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) untuk mendukung kelancaran transaksi masyarakat melalui instrumen pembayaran nontunai yang dapat digunakan," terang Bambang.
Sementara itu, terkait gula pasir yang mengalami kenaikan harga, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Aldiana menyatakan hal itu terjadi sebab minimnya stok. Bahkan berujung pada kelangkaan. Menurutnya, permasalahan itu terjadi pada tingkat produksi.
"Sebelumnya kebutuhan gula Sulsel dipasok dari Pabrik Gula di Kabupaten Bone dan Pabrik Gula Takalar milik PTPN XIV. Biasanya juga dipasok dari Jawa Timur. Masalah stok langka sebenarnya bukan hanya di Sulsel, tapi hampir semua provinsi," ungkap Ina sapaan Aldiana.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan telah menerbitkan izin impor gula untuk menambah stok secara nasional sebanyak 550.000 ton. Tambahan impor tersebut sebagai upaya menurunkan harga gula.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan tambahan impor itu tetap akan disesuaikan dengan kondisi panen tebu dalam negeri. (K36)