Bisnis.com, MANADO — Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) melaporkan kinerja ekspor nonmigas Sulut pada Februari 2020 mengalami penurunan, baik secara bulanan maupun tahunan.
Data sementara BPS menunjukkan nilai ekspor nonmigas Sulut pada Februari 2020 mencapai US$58,91 juta atau turun 16,95 persen dibandingkan Januari 2020 yang senilai US$70,93 juta. Sedangkan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, volume ekspor nonmigas pada Februari 2020 turun 17,25 persen.
"Komoditi ekspor pada bulan ini masih tetap didominasi oleh minyak dan lemak nabati," ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulut Marthedy M. Tenggehi melalui Berita Resmi Statistik, Senin (16/3/2020).
Marthedy mengatakan kontribusi komoditi tersebut mencapai 44,80 persen dari total ekspor Februari 2020. Kendati demikian, nilai ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati turun 29,45 persen dibandingkan bulan lalu, yakni menjadi US$26,39 juta. Secara tahunan (y-on-y) nilai tersebut juga mengalami penurunan 34,14 persen.
Kinerja ekspor Sulut juga ditopang oleh ekspor produk perhiasan atau permata dengan kontribusi sebesar 16,37 persen dari total ekspor nonmigas bulan lalu. Nilai ekspor perhiasan atau permata pada Februari 2020 mencapai US$9,64 juta atau turun 0,05 persen dibandingkan Januari 2020.
Adapun negara tujuan ekspor nonmigas utama Sulut antara lain, Singapura, China, Jepang, Belanda, Korea Selatan, Amerika Serikat, Malaysia, India, Vietnam, dan Arab Saudi. Posisi teratas negara tujuan ekspor adalah Singapura, yakni senilai US$9,86 juta atau 16,74 persen dari total nilai ekspor nonmigas.
"Dibandingkan dengan Januari 2020, nilai ekspor ke negara tersebut mengalami lompatan peringkat, dari peringkat tiga menjadi peringkat satu. Bahkan mampu menggeser negara besar tujuan ekspor Belanda dan Amerika Serikat yang pada bulan sebelumnya menduduki dua tempat negara tujuan ekspor tertinggi," kata Marthedy.