Bisnis.com, BITUNG -- Gelar Adat Tulude Kota Bitung 2020 menjadi momentum untuk mengucap syukur dan merekatkan kerukunan yang berujung kepada kesejahteraan masyarakat.
Ratusan masyarakat di sekitar Kota Bitung memadati area GOR Stadion Dua Saudara, Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (1/2/2020) siang. Di lokasi itu, akan berlangsung Gelar Adat Tulude Kota Bitung 2020.
Walikota Bitung Maximilian Jonas Lomban bersiap memulai prosesi Gelar Adat Tulude Bitung 2020 yang dilaksanakan di GOR Dua Saudara Kota Bitung, Sabtu (1/2/2020). Bisnis/M. Nurhadi Pratomo
Beberapa masyarakat yang hadir tampak mengenakan pakaian adat Sangihe Talaud bernuansa kuning emas. Setelah itu memang biasanya digunakan untuk pelaksanaan upacara adat Tulude.
Ketua Panitia Gelar Adat Tulude Kota 2020, yang juga Assisten 1 Setda Kota Bitung, Franky Ladi menjelaskan bahwa upacara Tulude merupakan hajatan tahunan. Tradisi itu telah dilakuka berabad-abad oleh masyarakat Nusa Utara yang berada di Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, dan Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Suasana sebelum prosesi Gelar Adat Tulude Kota Bitung 2020 yang dilaksanakan di GOR Dua Saudara Kota Bitung, Sabtu (1/2/2020). Bisnis/M. Nurhadi Pratomo
Dalam tradisi lama, para leluhur masyarakat Sangihe dan Talaud melakukan upacara di tepi pantai kemudian melepaskan perahu kecil yang diisi dengan sajian ke laut. Tulude sendiri memiliki makna harafiah yakni meluncurkan atau melepaskan sesuatu hingga meluncur ke bawah dari ketinggian.
“Kata Tulude mengalami perluasan makna menjadi melepaskan, meluncurkan, menolak, atau mendorong. Dalam hal ini, melepaskan tahun yang lama dan siap menerima tahun yang baru,” jelasnya.
Walikota Bitung Maximilian Jonas Lomban saat prosesi Gelar Adat Tulude Bitung 2020 yang dilaksanakan di GOR Dua Saudara Kota Bitung, Sabtu (1/2/2020). Bisnis/M. Nurhadi Pratomo
Franky menuturkan Tulude secara hakikat merupakan bentuk pengucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkatnya selama setahun yang telah berlalu. Namun, untuk mencari kepraktisan pelaksanaan, beberapa kelompok masyarakat menyelenggarakannya dalam bentuk ibadah syukur.
“Apapun bentuk pelaksanaannya, hakikat dari tulude tetap menjadi dasar pelaksanaan ucapan syukur yang dilaksanakan setiap tahun,” ujarnya.
Dalam upacara Tulude, salah satu rangkaian yang dilakukan yakni proses kue adat Tamo atau Tamong Banua. Kue itu dibuat dari berbagai jenis makan dan disusun berdiri tegak dengan ujung mengerecut.
Pemotongan kue adat Tamo atau Tamong Banua saat prosesi Gelar Adat Tulude Bitung 2020 yang dilaksanakan di GOR Dua Saudara Kota Bitung, Sabtu (1/2/2020). Bisnis/M. Nurhadi Pratomo
Wali Kota Bitung Maximilian Jonas Lomban mengungkapkan Gelar Adat Tulude sebagai bentuk menolak kesialan, kegagalan, dan segala yang tidak dikehendaki pada tahun sebelumnya. Selanjutnya, upacara itu menjadi tanda permohonan kepada Tuhan dan ajakan untuk menempuh tahun yang baru dengan penuh berkat serta harapan.
“Tulude sebagai tanda segala sesuatu yang tidak menyenangkan pada 2019 telah ditolak dan mari menempuh 2020 dengan tahun penuh berkat dan harapan,” jelasnya.
Maximilian juga mengingatkan periode 2020 sebagai tahun politik. Pihaknya mengharapkan perbedaan yang ada tidak membawa perpecahan.
“Tujuan kami membangun Bitung yang lebih hebat dan masyarakat mendapat kesejahteraan,” imbuhnya.
Dia berharap masyarakat menjaga dan memupuk kerukunan antara umat beragama dan agam yang sudah terjalin selama ini. Dengan demikian, apa yang dilakukan dari Kota Bitung dapat membawa berkat bagi seluruh masyarakat dan menjadi contoh bagi daerah lain.
Masyarakat di Kota Bitung turut membuat berbagai jenis makanan untuk santap bersama dalam Gelar Adat Tulude Bitung 2020 yang dilaksanakan di GOR Dua Saudara Kota Bitung, Sabtu (1/2/2020). Bisnis/M. Nurhadi Pratomo