Bisnis.com, MANADO— Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara mendorong para petani tomat sayur untuk memprioritaskan pasar lokal dan memperluas area tanam untuk menciptakan keseimbangan harga komoditas itu di pasaran.
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara (Sulut), Novly Wowiling mengimbau kepada petani tomat sayur untuk memprioritaskan pasar lokal sebelum melakukan perdagangan antar pulau.
Hal itu untuk menjaga kestabilan harga komoditas tersebut di Bumi Nyiur Melambai.
“Kami mengimbau agar petani tomat sayur fokus ke pasar lokal dulu baru ada lebih nanti dikirim ke luar,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (12/11/2019).
Novly jelaskan bahwa saat ini petani tomat sayur di tidak hanya menjual hasil panen untuk pasar Bumi Nyiur Melambai. Akan tetapi, pasokan komoditas itu mulai dijual ke wilayah lain.
Petani tomat sayur, lanjut dia, kini memiliki pilihan pasar seperti ke Ternate dan Papua. Kondisi itu membuat mereka memiliki daya tawar untuk menentukan harga kepada pedagang.
Dengan daya tawar, Novly menyebut kini petani dapat menikmati kenaikan harga tomat sayur. Pasalnya, komoditas itu sempat menyentuh harga Rp2.500 per kg pada September 2019.
Selain memfokuskan penjualan ke pasar lokal, dia menyebut telah meminta kepada para petani tomat sayur untuk melakukan perluasan tanam. Tujuannya, untuk meningkatkan produksi sehingga menciptakan kestabilan harga.
Seperti diketahui, inflasi Sulut yang diwakili Kota Manado sebesar 1,22 persen pada Oktober 2019. Posisi itu lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,02 persen.
Tomat dan cabai rawit menjadi penyumbang terbesar inflasi Manado pada Oktober 2019. Dua komoditas itu berkontribusi masing-masing 0,875 persen dan 0,4278 persen.