Bisnis.com, MAKASSAR -- Badan Karantina Pertanian (Barantan) meminta Pemerintah Provinsi Sulsel untuk mempertimbangkan aktivitas ekspor pada komoditi kopra. Hal itu dikarenakan harga ekspor untuk komoditi kopra yang menurun drastis.
Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menjelaskan sejauh ini kopra memang merupakan salah satu komoditi yang rutin diekspor ke beberapa negara. Hanya saja, karena nilai jual yang tidak terlalu tinggi, kopra tidak mampu memberi kontribusi besar terhadap nilai ekspor Sulsel.
"Di sini harganya di bawah Rp1.000. Kita pikirnya di ekspor terus tapi tidak perhitungkan petani. Kami minta Sulsel sebaiknya bisa hentikan saja ekspor kopra," kata Ali, Jumat (11/10/2019)
Kementerian Pertanian saat ini kata Ali, memang tengah mendorong peningkatan ekspor untuk komoditas kelapa. Sebab, banyak bagian lainnya yang bisa dimanfaatkan dari kelapa tersebut. Misalnya saja untuk membuat santan atau coconut oil, juga sabuk kelapa yang bisa dimanfaatkan menjadi spon.
Ali menjelaskan, untuk komoditas kelapa sendiri saat ini terdapat 18 negara yang jadi tujuan ekspor enam di antaranya yakni, Belanda, China, Filipina, Papua New Guinea, Vietnam, Singapura, dan Korea Selatan.
"Bahkan dari batang pohon kelapanha juga bisa diekspor. Hanya saja di Sulsel itu belum dijadikan sebagai peluang untuk dimanfaatkan. Sekarang kita juga dorong bagaimana arang tempurung kelapa bisa jadi bahan bakar," jelasnya.
Ali mencontohkan, arang tempurung kelapa cukup diminati oleh Jepang. Di mana masyarakat Jepang menjadikan arang tempurung kelapa menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan. Harga jualnya bahkan bisa lebih mahal dibandingkan buah kelapanya. Padahal kata Ali, tidak sedikit orang yang menganggap tempurung adalah sampah.
Karenanya, Barantan juga terus berupaya untuk menarik investor yang bersedia mengembangkan sektor pengolahan bahan mentah. Termasuk bagi para petani yang ingin terjun ke sektor pengolahan.
"Sebaiknya kita aktif komunikasi jadi tumbuh investor buat sektor pengolahan. Petani pun kalau mau bisa menghasilkan komoditas bernilai tinggi," tuturnya.