Bisnis.com, MANADO—Brunei-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) mengharapkan adanya konektivitas transportasi udara antara Filipina dan Sulawesi Utara untuk memperlancar hubungan perdagangan.
Sekretaris Eksekutif BIMP-EAGA Shelley Sondakh mengatakan bahwa tidak adanya penerbangan langsung Davao-Manado menjadi penghambat hubungan perdagangan. Penerbangan yang ada saat ini, lanjutnya, harus melalui Jakarta atau Singapura.
“Berapa lama perjalanan yang dibutuhkan untuk sampai ke Filipina, maupun sebaliknya ke Manado? Belasan jam itu baru bisa sampai ke Filipina karena harus berputar dulu ke Jakarta atau Singapura, hal ini menjadi persoalan,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Dia menerangkan, hal itu menghambat proses negosiasi dan pertemuan bisnis potensial di antara pelaku usaha Sulawesi Utara dan Filipina. Meski perkembangan teknologi komunikasi cukup membantu, namun beberapa pelaku usaha tetap memerlukan kunjungan secara langsung ke Bumi Nyiur Melambai.
Shelley menerangkan bahwa hubungan bisnis antara Bitung dan Davao telah terjalin sejak akhir 1980-an. Pada masa itu, lanjutnya masih ada rute penerbangan secara reguler. Namun, saat ini rute penerbangan hanya tersedia dengan skema chartered.
Menurutnya, adanya penerbangan langsung secara reguler juga akan memberi dampak positif terhadap industri perhotelan dan pariwisata di Sulut. Dia mengatakan bahwa hal itu sudah terbukti kala rute penerbangan itu masih aktif beroperasi.
Baca Juga
“Waktu itu pedagang emas ini full pergi dan kembali, barang-barang konsumsi dari Indonesia kita sangat diminati orang Filipina. Di sana hotel juga fully booked. Sekarang, penerbangan itu ada kalau charter, pada 2014 itu ada Gubernur Sarundajang bertemu Duterte,” katanya.
Shelley mengharapkan ke depan rute penerbangan langsung Davao-Manado dapat dibuka kembali seiring dengan berkembangan kerja sama perdagangan. Salah satu kerja sama yang paling dekat adalah rute pelayaran niaga Davao-Bitung-Ho Chi Minh City yang akan singgah di Sulut pekan depan.
Dihubungi terpisah, Humas Bandara Sam Ratulangi Manado Angga Maruli mengatakan bahwa saat ini memang belum ada lagi penerbangan langsung dari Manado ke Filipina. Rute internasional yang tersedia saat ini hanya penerbangan ke Singapura dan China.
“Tentunya selalu kami membuka peluang, karena slot penerbangan juga masih ada. Silakan mau dari Filipina atau mungkin dari Hongkong atau dari manapun terbuka. Kargo juga bisa. Kami sangat terbuka lah untuk pembukaan rute internasional baru,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (27/6/2019).
Dia menerangkan, sudah pernah ada penjajakan yang dilakukan oleh Konsulat Jenderal Filipina di Manado. Namun, hingga kini belum ada pembahasan lebih lanjut terkait pembukaan rute penerbangan ke negara itu.
“Yang lalu ada itu pernah ada, penjajakan filipina kalau gak salah dari Konjen, ada pertemuan dengan AP cek fasilitas perlengkapan. Kami berharap juga bukan hanya dari FIlipnina, tapi dari manapun supaya komoditas juga bisa terangkut,” tuturnya.
Dia mengharapkan, rute penerbangan internasional ke depan juga akan memfasilitasi penerbangan kargo. Menurutnya, komoditas perikanan dari Sulut seperti tuna segar memiliki potensi cukup baik untuk diekspor ke Jepang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Sulut pada bulan lalu mencapai US$79,35 juta, meningkat 41,72% dibandingkan bulan sebelumnya. Kendati demikian, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu nilai ekspor tersebut menurun 9,96%.