Bisnis.com, PALU - Sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah dalam beberapa hari terakhir terus diguyur hujan deras dan telah mengakibatkan terjadinya bencana alam banjir dan longsor sehingga perlu mendapat perhatian dan diwaspadai semua pihak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah Bartolomeus Tandigala,melalui saluran telepon kepada Antara, Senin (10/6/2019) malam mengimbau masyarakat untuk siaga dan waspada terhadap perubahan cuaca yang sangat ekstrem dalam beberapa hari terakhir dan ke depan.
Memang berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatoligi dan Geofisika (BMKG) hampir seluruh wilayah Sulteng berpotensi besar dilanda hujan lebat sehingga perlu diantisipasi, sebab bisa terjadi banjir dan tanah longsor.
Dan ada beberapa titik longsor dan banjir yang terjadi dalam wilayah Provinsi Sulteng seperti yang ada di Kabupaten Morowali dan merendam rumah-rumah penduduk dan juga merusak infranstruktur jalan dan jembatan putus diterjang banjir bandang.
Namun, kata dia, khusus untuk jalur yang sempat putus total karena banjir bandang di Kabupaten Morowali,kini sudah normal kembali sehingga arus lalulintas kendaraan sudah bisa lalu-lalang meski dalam kondisi yang cukup memprihatinkan.
Begitu pula bencana tanah longsor yang terjadi di jalur Trans Sulawesi di Desa Bondoyong., Kabupaten Parigi Moutong yang putus juga sudah kembali normal. kendaraan roda dua dan empat, termasuk bus-bus angkutan kota antarprovinsi dari arah Kota Palu menuju Gorontalo dan Manado, begitu pula sebaliknya sudah bisa melintas dengan lancar di lokasi bencana alam yang diakibatkan oleh tingginya intensitas curah hujan dalam beberapa hari terakhir ini dan ke depan.
Mengingat cuaca sangat ektrem,pihak BPBD mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada, terutama mereka yang permukiman berada di dekar daerah aliran sungai.
Warga melihat jembatan Ameroro yang menjadi akses jalan trans sulawesi yang rusak akibat banjir bandang di Desa Ameroro, Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (10/6/2019). Sungai Konaweha meluap akibat banjir bandang menyebabkan akses jalan trans sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Tenggara-Sulawesi Selatan terputus./Antara-Jojon
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah telah mengirim bantuan logistik dan sejumlah personel tim reaksi cepat menuju lokasi bencana alam banjir bandang di Kabupaten Morowali untuk membantu meringankan beban pemerintah daerah dan masyarakat yang terdampak bencana alam itu.
"Kami langsung mengerahkan dua unit kendaraan operasional yang membawa personel dan logistik ke lokasi bencana alam di Kabupaten Morowali," kata Kepala BPBD Provinsi Sulteng, Bartholomeus Tandigala kepada Antara di Palu, Senin malam.
Ia mengatakan satu truk mengangkut sejumlah jenis bantuan seperti tenda, matras, selimut dan jas hujan sesuai dengan kebutuhan.
Sementara empat buah jembatan permanen di jalur utama trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara ruas Kabupaten Morowali dilaporkan ambruk dihantam banjir bandang yang melanda daerah itu sejak Sabtu (8/6).
Keempat jembatan ambruk tersebut Jembatan Bahoyuno di Kecamatan Bungku Barat, Jembatan Bahodopi, Jembatan Lalampu dan Jembatan Dampala di Kecamatan Bahodopi. Putusnya keempat jembatan tersebut, Kecamatan Bahodopi yang merupakan lokasi kawasan industri pertambangan nikel terbesar di Indonesia yang mempekerjakan sekitar 35.000 tenaga kerja, kini terisolir dari perhubungan darat.
Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengambil langkah cepat dengan menurunkan sebuah tim dari Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Wilayah Sulawesi Tengah dipimpin Kepala Satuan Kerja III Beny Birmansyah telah turun ke Morowali, Senin pagi untuk segera memulihkan stagnasi arus lalu lintas.
Dari empat jembatan itu, baru Jembatan Bahoyuno Wosu yang sudah terbuka setelah pihak BPJN, kontraktor dan masyarakat setempat memasang gelagar batang kelapa sehingga Kota Bungku, ibu kota Kabupaten Morowali, yang sempat terisolir selama beberapa jam bisa segera terbebaskan.
"Namun kami masih membatasi kendaraan yang melintas di jembatan ini, maksimum tiga ton, lebih dari itu, muatan harus dibongkar dulu baru bisa lewat," ujar Irvan Asmara, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 35 PJN XIV di lokasi jembatan Bahoyuno.
Arus lalu lintas di jembatan itu kini dijaga ketat aparat kepolisian dan Dinas Perhubungan agar tidak ada kendaraan yang melebihi tiga ton melintas.
Dari empat jembatan yang rusak itu, Jembatan Dampala yang paling parah karena air tidak hanya membawa hanyut pilar-pilar, kepala (abutmen) dan badan jembatan tetapi juga menggerus pinggiran sungai sehingga lebar sungai saat ini sudah mencapai sekitar 100 meter, padahal sebelumnya hanya sekitar 50 meter.
"Semakin sulit untuk membuat jembatan darurat dari besi (jembatan bailey) karena bentang jembatan terlalu panjang, mencapai 100-an meter. Harus menggunakan pilar di tengah, tetapi untuk memasang pilar di tegah, sulit dilakukan sebab air sungai masih sangat besar dan deras," kata Nurhasna, PPK 37 PJN XIV di lokasi jembatan Dampala.