Bisnis.com, MANADO—PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo atau Bank Sulutgo masih menunggu izin dari Bank Indonesia untuk merilis sejumlah fitur layanan baru untuk nasabah pada tahun ini.
Direktur Operasional Bank Sulutgo Welan Palilingan mengatakan bahwa perseroan masih menunggu isin regulator untuk dua produk, yakni kartu uang elektronik berbasis dan kartu debit. Dia mengatakan, perseroan sudah mengirimkan dokumen dan persyaratan yang diminta.
“BSG debit sedang menunggu perizinan, jadi kartu Kartu Bank Sulutgo nanti bisa digunakan untuk belanja. Kemudian juga kartu uang elektronik, ini kami co-branding dengan BRI, sudah ada fisiknya tapi perlu ada izin dari OJK [Otoritas Jasa Keuangan],” jelasnya menjawab pertanyaan Bisnis,Senin (20/5/2019).
Dia mengatakan, persyaratan untuk kartu debit sudah dikirimkan sekitar pertengahan bulan lalu. Menurutnya, perseroan masih menunggu proses verifikasi dan peninjauan lebih lanjut dari Bank Indonesia yang akan memakan waktu sekitar 45 hari kerja.
Selain memproses perizinan untuk dua jenis layanan tersebut, perseroan berencana merilis layanan perbankan berbasis aplikasi ponsel pintar atau mobile banking. Aplikasi yang diberi nama BSG Touch tersebut, lanjutnya, sudah diujicoba secara internal sejak Januari.
Namun demikian, aplikasi tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum akan dirilis dalam waktu dekat. Selain itu, perseroan juga masih menunggu perizinan dari Bank Indonesia dan OJK untuk layanan tersebut.
Baca Juga
“Tapi kami belum berani mendahului OJK dan BI, sementara ini audit TI [teknologi dan informasi] sedang berlangsung, ada beberapa koreksi keamanan yang harus dilakukan. Sebab, bagaimanapun mobile banking bank besar juga masih banyak yang di-hack, apalagi ini,” jelasnya.
Dia menambahkan, perseroan juga tengah mengkaji rencana penambahan ataupun relokasi sejumlah mesin CDM atau cash deposit machine. Sejumlah mesin yang ditempatkan di sekitar Manado saat ini belum melayani kebutuhan nasabah secara optimal.
Welan mencontohkan, mesin yang ditempatkan di Manado Town Square (Mantos) hanya melayani sekitar 175 transaksi perbulan. Dengan tingkat rata-rata hanya sekitar 5 transaksi sehari, perseroan berencana memindahkan mesin itu ke area yang lebih strategis.
Dia menjelaskan, salah satu alasan mesin tersebut kurang berfungsi optimal adalah pangsa pasar yang cukup minim di area tersebut. Kebanyakan pedagang di Mantos belum menjadi nasabah Bank Sulutgo, tetapi bank-bank nasional yang sudah memiliki layanan managemen kas sendiri.
“Kalau toko-toko di Mantos itu nasabah kami akan mudah, tapi rata-rata mereka kan nasabah bank nasional, jadi setiap transaksi kan masuk ke rekening mereka [bank nasional]. Jadi kalau ada transaksi tunaipun, mereka setor ke rekening bank itu,” jelasnya.
Namun demikian, dia mengharapkan perseroan dapat segera mendapatkan izin untuk merilis kartu debit agar dapat melayani transaksi nasabah yang lebih luas. Hal ini, lanjutnya, akan membuat perseroan lebih ekspansif dalam menawarkan solusi finansial kepada nasabah baru.
“Makanya bertahap, karena kami ketinggalannya jauh sekali, debit kami terlambat sekali, fitur di ATM juga baru 2 tahun terakhir bisa bayar listrik dan segala macam. Tapi tidak ada kata terlambat, hanya kalau mau mengejar memang akan susah,” jelasnya.
Selain menunggu perizinan untuk berbagai produk tersebut, bank berjuluk ‘Torang Pe Bank’ tersebut juga akan memaksimalkan layanan managemen kas untuk nasabah-nasabah institusional. Welan mengatakan, perseroan menyasar kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Sulut.
“Kami pilot ke perguruan tinggi, nanti cita-citanya perguruan tinggi pakai managemen kas di kami, sekarang kan masih menggunakan bank nasional. Harapannya kami dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya.
KINERJA SEMESTER I/2019
Dia juga mengatakan bahwa perseroan optimistis dapat mencatatkan perbaikan kinerja pada semester I/2019. Menurutnya, pada kuartal II/2019, pembentukan pencadangan atas kredit bermasalah mulai mencapai puncaknya, sehingga beban terhadap laba akan mulai berkurang.
“April—Mei ini kan banyak tergerus pencadagan, profit sudah mulai bagus lagi tapi tidak bisa sama dengan tahun lalu. Dia akan pulih kalau misalnya sudah naik kelas kolektabilitasnya naik, kalau sekarang kan di-freeze karena ada pembentukan pencadangan,” jelasnya.