Bisnis.com, MANADO—Melimpahnya stok ikan di Bitung pada 2 bulan pertama mulai mengalami perubahan.
Memasuki bulan ketiga tahun ini. industri pengolahan mulai mencari pasokan ikan ke daerah lain.
Basmi Said, Ketua Asosiasi Pengolahan Ikan (API) Bitung mengatakan bahwa musim migrasi ikan-ikan besar ke perairan Bitung sudah berakhir. Hasil tangkapan saat ini didominasi oleh ikan-ikan berukuran kecil saja.
“Ikan yang sedang migrasi itu bukan ikan besar, tapi ikan kecil. Ini sudah mulai kelihatan mulai hilang [musimnya]. Apalagi cuma andalkan kapal-kapal kecil, itu kan dekat paling jauh 10 mil [fishing ground] laut,” kata Basmi Said kepada Bisnis, Sabtu (31/3/2019).
Berakhirnya musim tersebut mulai terjadi sejak pekan kedua bulan ini. Namun, dia mengatakan belum dapat memprediksi berapa jumlah produksi harian dari kapasitas terpasang yang ada di unit-unit pengolahan ikan (UPI) di Bitung.
Basmi Said mengatakan sebagian pelaku industri pengolahan mulai mencari pasokan dari luar perairan Bitung, dan Sulawesi. Seretnya pasokan ikan tidak hanya terjadi di Sulawesi Utara, tapi di perairan lainnya di Sulawesi Selatan.
Namun demikian, sejauh ini UPI di Bitung masih berupaya mengandalkan pasokan alternatif dari daerah lain di Indonesia, belum mengandalkan impor. Menurutnya hal tersebut sulit dilakukan kendati impor telah diperblehkan untuk ikan besar seperti tuna, tongkol, dan cakalang.
Basmi menuturkan, sepanjang Januari—Februari bahan baku yang melimpah membuat tingkat utilisasi pabri-pabrik pengolahan di bitung sempat mencapai kisaran 37 persen atau 500 ton per hari. Hal itu sempat tak terprediksi karena biasanya musim berakhir pada akhir tahun.
Total UPI di Bitung saat ini adalah 54 pabrik dengan kapasitas terpasang mencapai 1.414 ton per hari. Dia mengatakan bahwa, tren utilisasi terus mengalami pertumbuhan positif dalam 2 tahun terakhir. Kendati demikian, tingkat utilisasi belum dapat kembali ke kisaran 50 persen.
“Pada 2018 itu rata-ratanya [tingkat utilisasi UPI di Bitung] 19,6 persen, lumayan dia naik dari 2017 yang sebelumnya hanya 13,2 persen. Sebelumnya memang lagi musim Januari—Februari. Cuma maret agak turun lagi sepertinya,” tutur Basmi.
Basmi mengharapkan, Kementrian Kelautan dan Perikanan [KKP] dapat mempercepat proses perizinan bagi kapal-kapal penangkap ikan di Bitung.
Keterbatasan kapal-kapal penangkap, serta ukuran tonase kotor kapal yang lebih kecil turut mempersulit ketersediaan pasokan untuk UPI di Bitung.
“Perizinan itu, kalau bisa dikembalikan kapal operasional kembali menjadi 300 kapal seperti awal, kalau seperti itu pasti ter-cover [kebutuhan produksi]. Untuk kapal-kapal di atas 60 GT [gross tonage/tonase kotor] yang jadi masalah itu kan perizinan di pusat. Kalau di daerah tidak ada masalah,” jelasnya.
Basmi Said mengatakan saat ini jumlah kapal yang beroperasi mencapai sekitar 21 unit dengan ukuran di atas 30 GT. Menurutnya, masih banyak kapal yang terkendala perizinan di KKP. “Izinnya sudah diurus, cuma terhambat di Dirjen.”