Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warga Miangas Senang Bisa Tukar Uang Logam di Kas Keliling Bank Indonesia

Warga Miangas, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara ramai-ramai menukarkan uang logam milik mereka ke kas keliling Bank Indonesia-TNI AL yang tiba di Pulau Miangas dengan KRI Sultan Iskandar Muda, Kamis (18/10/2018).
Warga Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara menukarkan uang logam rupiah kepada petugas Bank Indonesia (BI) yang didampingi TNI AL dalam ekspedisi Menuju Batas Utara NKRI, Kamis (18/10). Ekspedisi ini dilakukan untuk mendistribusikan rupiah layak edar di pulau-pulau terluar Indonesia./Bisnis-Deandra Syarizka
Warga Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara menukarkan uang logam rupiah kepada petugas Bank Indonesia (BI) yang didampingi TNI AL dalam ekspedisi Menuju Batas Utara NKRI, Kamis (18/10). Ekspedisi ini dilakukan untuk mendistribusikan rupiah layak edar di pulau-pulau terluar Indonesia./Bisnis-Deandra Syarizka

Bisnis.com, MIANGAS -- Warga Miangas, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara ramai-ramai menukarkan uang logam milik mereka ke kas keliling Bank Indonesia-TNI AL yang tiba di Pulau Miangas dengan KRI Sultan Iskandar Muda, Kamis (18/10/2018).

Pasalnya, menurut penuturan warga, uang logam rupiah tak lagi berlaku untuk transaksi sehari-hari di pulau paling utara NKRI yang berbatasan langsung dengan Filipina ini.

Pulau Miangas menjadi pulau ketiga yang disinggahi tim ekspedisi "Menuju Batas Utara NKRI", setelah sebelumnya singgah di Pulau Marampit dan Pulau Lirung, Kepulauan Talaud.

Warga Miangas Senang Bisa Tukar Uang Logam di Kas Keliling Bank Indonesia

Warga menunjukkan uang rupiah hasil penukaran./Bisnis-Deandra Syarizka

Tim yang terdiri dari Bank Indonesia (BI), TNI-AL, dan dua awak media ini melakukan perjalanan selama sepekan sejak bertolak dari Bitung pada Senin (15/10) hingga Senin (22/10) ke tujuh pulau terluar di Sulawesi Utara (Sulut) untuk mendistribusikan rupiah layak edar.

Laprina Papea, salah satu ibu rumah tangga di Miangas, terlihat senang setelah berhasil menukarkan uang pecahan logam miliknya senilai Rp180.000, yang terdiri dari pecahan uang logam Rp500, Rp200, dan Rp100. Selama ini, uang tersebut hanya disimpan tanpa bisa dibelanjakan.

"Uang [logam] ini sisa belanja dua tahun lalu yang tidak bisa dipakai. Kalau ke Bitung, Manado, baru bisa. Senang uangnya bisa terpakai lagi," ujarnya.

Isfransa, Bendahara Kas Desa Miangas, juga terlihat antusias menukarkan uang kas desa senilai Rp5 juta menjadi pecahan kecil sebesar Rp5.000, Rp2.000 dan Rp1.000. Menurutnya, uang tersebut akan digunakan untuk membayar upah harian pekerja proyek pipa air di desa.

Warga Miangas Senang Bisa Tukar Uang Logam di Kas Keliling Bank Indonesia

Warga menunjukkan uang rupiah hasil penukaran./Bisnis-Deandra Syarizka

"Kami tukar Rp5 juta untuk upah pekerja proyek, dibayar setiap hari," jelasnya.

Jesaja Marthin Richard, Kepala Tim Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah BI Sulut, menerangkan uang logam kerap tak berlaku di kepulauan perbatasan. Pasalnya, jarang ada harga barang yang dapat dibeli dengan pecahan logam.

"Karena itu, masyarakat memanfaatkan kehadiran kas keliling ini," tuturnya.

Berdasarkan catatan tim ekspedisi BI, total nominal logam yang ditukar oleh masyarakat Miangas mencapai Rp2 juta, 10 kali lipat lebih banyak dari penukaran uang logam di Pulau Marampit.

Di samping itu, BI juga kembali menyalurkan Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa alat musik dan alat olahraga kepada siswa yang ada di Miangas.

Warga Miangas Senang Bisa Tukar Uang Logam di Kas Keliling Bank Indonesia

Uang logam yang ditukar warga Miangas dengan uang kertas rupiah./Bisnis-Deandra Syarizka

Sepno Lantaa, Camat Miangas, menegaskan meskipun secara geografis Pulau Miangas lebih dekat ke Filipina, tapi masyarakat telah sadar untuk menggunakan rupiah dalam aktivitas sehari-hari. Hal ini merupakan bukti kedaulatan Republik Indonesia di pulau terluar tersebut.

"Sering beredar berita mata uang Filipina digunakan di Miangas, tetapi tidak. Yang berlaku di sini adalah rupiah, seiring kecintaan masyarakat terhadap NKRI," ucapnya.

Sepno mengakui kondisi cuaca yang kerap ekstrem dan akses transportasi menjadi kendala tersendiri dalam distribusi bahan makanan dan BBM ke Miangas. Akibatnya, harga makanan dan bahan bangunan menjadi lebih mahal.

Saat ini, pulau seluas 5,3 hektare (ha) itu dihuni oleh 1.026 jiwa dan 197 Kepala Keluarga (KK). Mayoritas merupakan petani dan nelayan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Deandra Syarizka
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper