Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuliner Jadi Sasaran Entrpreuner Muda di DSC 2018

Kompetisi wirausaha Diplomat Succes Challenge 2018 didominasi peserta dengan orientasi usaha pada sektor kuliner serta perdagangan.
Direktur PT Wismilak Inti Makmur Tbk. sekaligus Ketua Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge 2017 Sujarnto Yasaputera (tengah) bersama Dewan Komisioner Helmy Yahya (kanan) dan Dewan Komisioner Veronica Linardi saat jumpa pers di Jakarta, Senin (15/5)./JIBI-Abdullah Azzam
Direktur PT Wismilak Inti Makmur Tbk. sekaligus Ketua Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge 2017 Sujarnto Yasaputera (tengah) bersama Dewan Komisioner Helmy Yahya (kanan) dan Dewan Komisioner Veronica Linardi saat jumpa pers di Jakarta, Senin (15/5)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, MAKASSAR - Kompetisi wirausaha Diplomat Succes Challenge 2018 didominasi peserta dengan orientasi usaha pada sektor kuliner serta perdagangan.

Merujuk pada data statistik panitia DSC 2018, kuliner menempati posisi teratas pada aspek kuantitas proposal usaha yang diajukan peserta.

Selain kuliner dan perdagangan, sektor lainnya yang berada dalam posisi lima besar adalah industri kreatif, lalu teknologi digital serta industri agro.

Adapun peserta yang mengikuti DSC 2018 itu akan memperebutkan kucuran modal usaha sebesar Rp2 miliar dari PT Wismimal Inti Makmur Tbk. selaku penyelenggara.

Secara keseluruhan, kompetisi tersebut bertujuan pula mendorong pertumbuhan entrepreuner di Tanah Air sembari menularkan virus wirausaha secara massif.

Sasaran DSC sendiri lebih fokus ke segmen milenial maupun usia produktif 20-45 tahun yang memiliki ide bisnis kreatif.

uri dan Dewan Komisioner (Dekom) DSC 2018, Helmy Yahya mengatakan tahapan penilaian dan penjurian yang dilakukan mengacu pada kriterium model bisnis yang diajukan peserta pada masing-masing proposalnya. 

Perbedaan model bisnis sebagai dampak terjadinya disrupsi di bidang ekonomi, turut jadi pertimbangan kami para juri. Ada pengembangan pariwisata secara hybrid, sehingga pemesanan dilakukan melalui sistem aplikasi. Ada juga pengembangan jasa usaha bengkel yang peminatnya juga harus  mengunduh sistem aplikasinya.

"Itu sebabnya kemasan sektor atau bidang usaha, perlu ikut menyesuaikan,” papar dia dalam keterangan, Jumat (28/9/2018).

Dia melanjutkan, terdapat pula diantara para peserta yang cara pemasaran produknya, sudah menggunakan sistem aplikasi. Ini yang membedakan seleksi DSC ke-9 tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Perbedaan model bisnis sebagai dampak terjadinya disrupsi di bidang ekonomi, turut jadi pertimbangan kami para juri. Ada pengembangan pariwisata secara hybrid, sehingga pemesanan dilakukan melalui sistem aplikasi. Ada juga pengembangan jasa usaha bengkel yang peminatnya juga harus  mengunduh sistem aplikasinya. Itu sebabnya kemasan sektor atau bidang usaha, perlu ikut menyesuaikan,” katanya. 

Secara khusus per sektor, Helmy mengungkapkan jika bidang kuliner selalu menjadi favorit karena sektor ini mudah digarap dan kekinian. Pelaku usaha tinggal memikirkan bagaimana mengemas dan menjual produk kulinernya.

Pola kerjasama bisa dilakukan secara daring, atau kerjasama dengan penyedia aplikasi macam Gojek atau Go Food. Kemudian bila dibandingkan dengan bidang usaha lain seperti industri proses, kreatif, atau agro yang memerlukan pelatihan secara khusus, sedangkan industri kuliner dapat dimulai dengan bermodalkan passion. 

"Modal usahanya juga tidak perlu besar, karena jika dipasarkan secara daring, tidak akan butuh ekstra tenaga lagi,” jelasnya.

Untuk skala makro, pemerintah menaruh perhatian besar terhadap pengembangan sektor pariwisata di Indonesia. Adapun untuk kompetisi DSC tahun ini, peserta dengan industri pariwisata belum tumbuh secara signifikan. 

Menurut Helmy, butuh upaya lebih keras dan waktu yang panjang untuk mengembangkan sebuah daerah potensi wisata menjadi destinasi wisata. Pengembangan di sini berarti juga harus menjadikan daerah itu bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat sekitar dan bertanggung jawab terhadap kelestarian alamnya. 

Hal-hal tersebut tidaklah mudah dan harus dilakukan berbagai sektor sehingga dalam pengelolaan pariwisata, kelihatannya kurang “seksi” peminat. 

Dalam kesempatan terpisah, juri lain DSC, Antarina S.F. Amir, yang merupakan License Holder, Founder dan Deputy CEO Sekolah HighScope Indonesia menyampaikan para calon wirausaha juga mesti terlebih dahulu mengukur peluang bisnis yang potesial dan memiliki pasar jika ingin memiliki bisnis berkelanjutan.

"Itu semua menjadi 'pekerjaan rumah' kami, para juri DSC,”  tutur dia. Sebagai inforasi, tahapan pendaftaran pada kompetisi DSC 2018 bakal segera berakhir 1 Oktober 2018 mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper