Bisnis.com, MANADO - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara mencatat nilai ekspor nonmigas Sulawesi Utara pada Agustus 2018 US$ 74,64 juta, tumbuh 4,88% dibandingkan Juli 2018 senilai US$ 71,17 juta. Namun, nilai tersebut turun sebesar 11,27% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Kepala BPS Sulut Ateng Hartono menjelaskan neraca perdagangan Sulawesi Utara Agustus 2018 surplus US$ 69,45 juta. Dia menyebut, komoditas ekspor nonmigas terbesar tetap diduki oleh lemak dan minyak hewan/nabati, yaitu senilai US$ 40,88 juta atau 54,77% dari total ekspor. Komposisi ini bertambah dibandingkan dengan ekspor lemak dan minyak hewan/nabati pada Juli 2018 sebesar US$ 31,84 juta atau 44,64% dari total ekspor.
“Meskipun masih belum stabil dan masih tertinggal dibandingkan dengan pencapaian pada tahun yang lalu, namun pada bulan ini terlihat gerakan positif nilai FOB (free on board) ekspor Sulawesi Utara, yang masih tetap didominasi oleh minyak dan lemak nabati, belum merubah komoditi dominan sepanjang catatan tahun 2018 ini,” ujarnya, Selasa (18/9/2018).
Berbeda dari bulan-bulan sebelumnya di mana China menjadi tujuan teratas ekspor, negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Sulawesi Utara pada Agustus 2018 adalah Belanda (US$ 14,39 juta) sedangkan Negara pemasok terbesar adalah China (US$ 2,17 juta).
Dilihat dari golongan barang, kontributor tertinggi masih diduduki oleh komoditi lemak dan minyak hewani/nabati, bahkan pada bulan Agustus terjadi kenaikan persentase menjadi 54,77%, dibandingkan dengan pada bulan yang lalu yang masih di bawah 50%. Golongan barang tersebut diekspor ke 6 (enam) negara tujuan, yaitu: Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Malaysia, Amerika Serikat dan Belanda.
Nilai ekspor dari golongan barang ini mengalami peningkatan FOB sebesar 28,37% dari bulan sebelumnya. Produk yang menjadi komoditas ekspor unggulan adalah produk olahan kelapa seperti kopra dan minyak kelapa, dengan perusahaan industri yang tersebar di Kabupaten/Kota Sulawesi Utara. Bahan baku industri pengolahan penghasil komoditi ini berasal dari daerah sekitar provinsi Sulawesi utara, di samping hasil perkebunan lokal bumi Nyiur Melambai.