Bisnis.com, MANADO – Ramadan yang dimulai pertengahan bulan lalu sudah mulai mengerek indeks harga konsumen pada Mei 2018 di Sulawesi Utara. Komponen bahan makanan menjadi penyumbang inflasi terbesar.
Berdasarkan rilis teranyar Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut), inflasi Kota Manado pada Mei 2018 tercatat 0,55%. Angka tersebut memang lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya 1,09%. Namun, pada Mei 2017, Manado justru mencatatkan deflasi 1,13%.
Angka inflasi bulanan (month-to-month/mtm) tersebut secara otomatis membuat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) hingga Mei tahun ini tercatat sebesar 3,97%. Realisasi ini lebih tinggi dari posisi periode yang sama tahun lalu sebesar 3,50%.
Kepala BPS Sulut Moh. Edy Mahmud mengatakan performa inflasi tersebut terdorong oleh momentum puasa pada tahun ini. Pada tahun lalu, momentum puasa dimulai pada akhir Mei sehingga tidak terlalu besar mengerek indeks harga konsumen (IHK).
“Setengah bulan puasa ada pengaruh cukup besar juga ternyata. Bulan-bulan ke depan diperkirakan mulai agak sedikit menurun,” ujarnya saat konferensi pers, Senin (4/6/2018).
Dengan inflasi 0,55% tersebut, inflasi terbesar ada pada bahan makanan sebesar 1,57%. Selanjutnya yakni pendidikan, rekreasi, dan olahraga (1,19%), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,39%), transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,20%), serta sandang (0,06%).
Sementara, dua kompenen lainnya mengalami deflasi. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami deflasi 0,01%. Selanjutnya, kesehatan mengalami penurunan IHK sebesar 0,25%.
Sumber: BPS Sulut, 2018
Jika melihat lebih rinci, sambung Edy, tomat sayur masih menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan lalu dengan inflasi sebesar 0,37%. Dari hasil pemantauan, kenaikan harga tomat sayur ini memang masih terjadi bulan lalu, meskipun tidak sebesar pada April 2018.
“Ini barangkali lebih karena masalah musiman saja. Saat Ramadan, permintaan sedikit naik. Saya melihatnya kalau tidak ada intervensi pemerintah provinsi, kenaikan harganya bisa lebih tinggi. Jadi ini karena sudah ada intervensi,” jelasnya.
Menurutnya, komoditas tomat sayur memang sulit dikendalikan. Selain komoditas cepat busuk, ada masalah dari sisi tata niaga. Pasalnya, tidak tergambarkannya dengan jelas tata niaga yang ada membuat pengendalian cukup sulit.
Di sisi lain, pengendalian harga bawang dan rica sudah cukup berhasil. Dia memperkirakan kenaikan indeks pada Juni 2018 akan berada pada tiket pesawat dan sandang, sejalan dengan momentum jelang Idulfitri.
“Namun demikian, inflasi Juni tahun ini diperkirakan tidak setinggi tahun lalu. Kita tahu beberapa operasi pasar yang dilakukan cukup efektif,” imbuhnya.
Sumber: BPS Sulut, 2018
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut Jenny Karouw mengatakan pergerakan harga tomat sayur memang sangat dipengaruhi oleh cuaca. Dalam beberapa bulan terakhir, hujan terus terjadi.
“Jadi cuaca ini kadang-kadang memang enggak bisa kita prediksi sekarang karena petani juga masih menggunakan teknologi konvensional. Kalau dari Disperindag, kami cuma bisa mengkomunikasikan dengan beberapa daerah penghasil, seperti Sulawesi Tengah,” jelasnya.
Dari hasil inspeksi mendadak (sidak) di beberapa pasar tradisional pekan lalu, sambungnya, volume hampir semua kebutuhan bahan pokok dalam status yang cukup. Harga bawang, rica, tomat (barito) pun masih dalam kategori aman.