Bisnis.com, MAKASSAR - Tingginya beban biaya distribusi semen di wilayah timur masih menjadi pemicu utama terbentuknya disparitas harga yang relatif besar dengan wilayah lain di Tanah Air.
Produsen semen yang berbasis di Sulawesi Selatan, PT Bosowa Semen mengklaim beban distribusi bahkan memiliki porsi hingga 30% sehingga harga jual di wilayah timur masih relatif tinggi.
Marketing Division Head Bosowa Semen Febby Triady mengemukakan kondisi tersebut ikut mempengaruhi penetrasi perusahaan dalam menjangkau wilayah timur lebih luas dengan penyediaan harga kompetitif bagi konsumen.
"Tentunya kami berharap pemerintah bisa lebih aktif memberikan intensif bagi industri. Diantaranya pemberian fasilitas lebih luas untuk akses distribusi seperti Tol Laut bagi swasta," katanya, Kamis (18/1/2018).
Menurut dia, beban distribusi yang masih berkisar sekitar 30% tersebut ikut menekan kinerja perusahaan di tengah tingkat kompetisi semen domestik yang kian ketat.
Kendati demikian, lanjut Febby, pihaknya berharap masih mampu membukukan pertumbuhan di kisaran 7% pada tahun ini melalui serangkaian langkah optimalisasi pasar berbasis efesiensi.
Selain itu, pemerintah juga diminta untuk menerapkan kebijakan moratorium investasi pembukaan pabrik semen di Tanah Air dengan mengacu pada kondisi over supply yang semakin membengkak.
Febby menggambarkan, kapasitas produksi semen secara nasional berada pada kisaran 106 juta ton sedangkan permintaan semen hanya berkisar 67 juta ton per tahun.
"Kondisi yang sama tidak jauh berbeda dengan wilayah timur. Perlu ada pembatasan investasi pabrik, tetapi untuk jaringan distribusi tetap terbuka agar jangkauan bisa lebih merata dengan harga yang rasional," ujarnya.
Sejauh ini, Bosowa Semen memiliki kapasitas produksi secara kumulatif hingga 7,2 ton per tahun dari tiga unit pabrik yang berada di Maros Sulsel, Batam Kepri serta Banyuwangi Jatim.
Secara terperinci, unit Maros menjadi pusat operasional perseroan full integrated dengan kapasitas 4,2 juta ton per tahun, kemudian pabrik semi integrated atau grinding plant di Batam dan Banyuwangi berkapasitas masing-masing 1,2 juta ton serta 1,8 juta ton per tahun.