Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Stabil, Sulsel Kembali Deflasi di Level 0,07%

Indeks harga konsumsen di Sulawesi Selatan sepanjang bulan lalu mencatatkan deflasi 0,07% sejalan dengan stabilnya sebagian besar harga komoditas pangan serta tarif sejumlah layanan sekunder.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, MAKASSAR – Indeks harga konsumsen di Sulawesi Selatan sepanjang bulan lalu mencatatkan deflasi 0,07% sejalan dengan stabilnya sebagian besar harga komoditas pangan serta tarif sejumlah layanan sekunder.

Merujuk pada hasil survei BPS Sulsel, pembentukan deflasi dipengaruhi oleh dua kemlompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yakni kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan deflasi Sulsel pada September 2017 lalu juga merupakan kumulatif dari sebagian besar kota pantauan IHK yang mencatatkan deflasi pada bulan tersebut.

"Selain karena komoditas-komoditas pangan mencatatkan penurunan harga, sebagian besar kota IHK Sulsel juga deflasi, kecuali Parepare yang inflasi," katanya, Senin (2/10/2017).

Adapun indeks harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan pada bulan lalu turun 1,39% serta kelompok transportasi, komunikasi dan jas keuangan yang turun tipis 0,04%.

Sementara itu, kelompok pengeluaran lainnya seperti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau bergerak naik 0,08%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,17%, lalu kelompok sandang sebesar 0,63%, kelompok kesehatan sebesar 0,48% serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga  2,64%.

Posisi deflasi Sulsel pada September 2017 itu melanjutkan tren deflasi yang juga tercipta pada bulan sebelumnya yang berada pada level 0,26%.

Menurut Nursam, kondisi tersebut dipengaruhi oleh grafik beberapa harga yang cenderung tidak mengalami pergerakan dan tetap berada pada level yang sangat terjaga.

"Tetapi memang komoditas pangan Sulsel itu cukup terjaga dalam beberapa bulan terakhir, mulai dari ketersediaan hingga kelancaran distribusi. Belum ada pemicu signifkan yang berpotensi menmgakibatkan kenaikan harga," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler