Bisnis.com, MAKASSAR - Laju inflasi Sulawesi Selatan pada tahun ini diproyeksikan tetap berada pada level 4% plus minus 1% kendati terjadi pergerakan harga pada periode-periode tertentu.
Musni Hardi, Kepala Divisi Advisory dan Keuangan Daerah BI Perwakilan Sulsel, proyeski tersebut disesuaikan dengan kondisi perekonomian serta ketersediaan hingga rantai pasok komoditas pembentuk inflasi yang dalam level optimal.
"Namun tentunya, pengendalian inflasi agar tetap pada posisi yang terjaga membutuhkan sinergitas seluruh pihak. Apalagi Sulsel ini berklasifikasi daerah dengan laju inflasi yang selalu terjaga," katanya, Rabu (26/7/2017).
Dia menguraikan, inflasi dari harga pangan di Sulsel relatif terkendali berkat upaya pengendalian dari TPID yang diimplementasikan dalam berbagai langkah strategis diantaranya pengembangan kluster serta pengamana distribusi.
Secara historis, terdapat 10 komoditas utama penyumbang inflasi Sulsel dengan kecenderungan peristensi inflasi relatif tinggi sehingga saat mengalami kenaikan harga, maka potensi untuk turun relatif sulit.
Adapun komoditas tersebut meliputi beras, ikan bandeng, ikan layang, cakalang, bawang merah, daging sapi, cabai, daging ayam, teri serta pisang. Menurut Musni, langkah pengembangan klaster dari beberapa item komoditas tersebut telah direalisasikan bank sentral dengan menggandeng instansi, pemerintah daerah maupun lembaga terkait.
"Pengembangan klaster ini kami lakukan pada beberapa kabupaten di Sulsel disesuaikan dengan potensi masing-masing terutama pada komoditas pembentuk inflasi," katanya.
Adapun klaster tersebut diantaranya, klaster bawang merah di Enrekang kemudian klaster cabai di Maros, Sinjai dan Luwu Timur, klaster beras di Soppeng serta klaster sapi Bali di Barru.
Selain itu, terdapat pula dukungan pada pengembangan irigasi pertanian di sejumlah kabupaten seperti irigasi tenaga surya di Bone serta pembangunan bak penampungan dan pipanisasi di Jeneponto yang disiapkan mendukung pertanian pada daerah tersebut.
Sekedar diketahui, pada Juni 2016 laju inflasi Sulsel berada pada level 0,97% dengan laju inflasi tahun kalender 2,77, sedangakn inflasi tahunan (year on year) berada pada level 4,49%.
Sebelumnya, Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan langkah pengendalian harga yang tepat menjadi penopang laju inflasi Sulsel berada di bawah 1% pada Juni 2017, meski pada peridoe tersebut terjadi kenaikan konsumsi masyarakat.
Adapun pada Juni lalu, pola konsumsi masyarakat mengalami pergerakan sejalan dengan momentum Ramadan dan Lebaran, yang ditandai dengan kenaikan indeks harga konsumsen pada sebagian besar komoditas.
"Selain bahan komoditas pangan, tarif listrik yang menjadi penyumbang cukup besar pula pada Juni," katanya.