Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sulsel Jaga Momentum Agroindustri dan Pariwisata

Tren positif pada sektor agroindustri dan pariwisata di Sulawesi Selatan diharapkan bisa terjaga sebagai momentum dalam akselerasi perekonomian daerah tersebut secara menyeluruh.
JibiPhoto/Paulus Tandi Bone
JibiPhoto/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, MAKASSAR - Tren positif pada sektor agroindustri dan pariwisata di Sulawesi Selatan diharapkan bisa terjaga sebagai momentum dalam akselerasi perekonomian daerah tersebut secara menyeluruh.

Bambang Kusmiarso, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulsel, mengemukakan optimalisasi pada kedua sektor tersebut juga mesti digali secara agresif dengan pola berkelanjutan agar mampu menciptakan struktur yang kuat dan bersifat jangka panjang.

"Apalagi selama ini Sulsel relatif bertumpu pada sektor tradisional, padahal pertumbuhan adalah nilai tambah. Agroindustri kuncinya, potensi pariwisata juga harus terus digali," katanya kepada Bisnis, Jumat (21/7/2017).

Dia menjelaskan, agroindustri maupun industri pengolahan secara umum sangat relevan untuk dipacu di Sulsel lantaran didukung padahal ketersediaan bahan baku.

Sementara itu, untuk sektor pariwisata memiliki sederet destinasi potensial yang mampu pula mengatrol beberapa sektor usaha yang berkaitan langsung dengan kepariwisataan secara umum.

Jika menilik dari aktivitas kedua sektor tersebut dalam dua tahun terakhir termasuk pula sejumlah perencanaan pada tahun ini, papar Bambang, diproyeksikan bakal tercipta laju pertumbuhan yang dinamis hingga akhir 2017 mendatang.

Sebagai gambaran, perekonomian Sulsel pada tahun lalu mampu melaju hingga 7,4% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 7,1%.

Adapun pada sektor industri pengolahan bahkan mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada periode tersebut di level 8,1% naik relatif agresif dari tahun lalu yang berada pada posisi 6,7%.

Kemudian pada segmen pariwisata juga menorehkan kinerja yang sangat apik, yang mana beberapa sektor turunan melaju cukup kencang diantaranya transportasi tumbuh 7,8%, penyediaan akomodasi 8,5% serta perdagangan yang tumbuh hingga 9,9%.

"Pencapaian ini merupakan modal yang kuat, sehingga momentum seperti ini harus terus dijaga dan dipelihara," papar Bambang.

Adapun pada tahun ini, bank sentral memproyeksikan laju perekonomian Sulsel berada pada kisaran 7,5% hingga 7,9% seiring dengan gairah agroindustri, pariwisata maupun sektor lainnya.

Hingga akhir 2017, sektor industri pengolahan di Sulsel diproyeksikan bank sentral mampu menembus angka pertumbuhan hingga 9%, begitu pula dengan sektor turunan dari pariwisata.

Transportasi maupun akomodasi yang menjadi penopang pariwisata diestimasi mampu mencatatkan laju masing-masing 9,1% serta 8,1% jika optimalisasi destinasi bisa konsisten dilakukan.

"Kekuatan Sulsel, bukan pertanian saja tetapi agroindustri berbasis sumber daya alam lokal, kemudian pariwisatanya," kata Bambang.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Sulsel Hadi Basalamah mengatakan pihaknya juga terus mengintensifkan program diversifikasi pasar ekspor terutama untuk destinasi pengiriman komoditas unggulan daerah ini.

Menurut dia, langkah strategis tersebut telah dilakukan 2015 lalu yang diharapkan menjadi alternatif dalam menghadapi pelemahan permintaan dari negara tujuan eksisting serta fluktuasi harga komoditas di pasar global.

"Bahkan pada tahun ini, kami harap ekspor kita sudah kembali mencatatkan kontribusi positif terhadap perekonomian Sulsel. Semester berjalan ini sudah kelihatan," katanya.

Merujuk pada data BPS Sulsel, nilai ekspor kumulatif Januari-Mei 2017 mencapai US$441,08 juta atau naik 12,76% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$391,17 juta.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga telah memproyeksikan jika kinerja ekspor Sulsel pada tahun ini bergerak positif di kisaran 11,3% hingga 11,8%. Dengan kata lain, ekspor diestimasikan ikut menopang pertumbuhan ekonomi Sulsel dari sisi pengeluaran.

Kondisi tersebut sekaligus membalikkan kinerja negatif ekspor Sulsel pada dua tahun terakhir, yang mana pada 2015 terkoreksi 10,1% kemudian pada tahun lalu terjerembab hingga 19,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper