Bisnis.com, AMBON—Pemerintah didesak untuk tidak sekadar mengembangkan areal persawahan semata, tetapi juga mengembangkan pangan lokal, seperti sagu, umbi-umbian, dan jagung untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Demikian intisari dari diskusi dengan tema “Pangan Lokal Berbasis Kepulauan” yang berlangsung di Fakultas Pertanian Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon di Kota Ambon, Kamis (2/2/2017).
Acara yang dibuka Dekan Fakultas Pertanian J.M. Matinahoru menghadirkan Direktur Archipelago Solidarity Foundation Engelina Pattiasina dan Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih.
Menurut Engelina, persoalan pangan merupakan salah satu dampak dari tidak konsistennya dalam melaksanakan UUD 1945, terutama Pasal 33, yang menghendaki agar kekayaan alam digunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Selain itu, Undang-undang Pokok Agraria merupakan salah satu turunan dari UUD 1945, tetapi tidak pernah diimplementasikan. Padahal, ada yang baik dalam UU itu seperti pelibatan hak masyarakat adat.
Menurutnya, hal itu berarti memelihara kekuatan masyarakat adat, termasuk pangan lokal. “Soal pangan misalnya, secara turun-temurun, Maluku dan Indonesia Timur menjadikan sagu, umbi-umbian, dan jagung sebagai makanan pokok,” kata Lulusan Universitas Bremen Jerman ini.
Dalam kesempatan itu, Engelina juga menyoroti pengelolaan Blok Masela yang membuat masyarakat Maluku harus berjuang agar kilang dibangun di darat. Padahal, Blok Masela berada di Maluku dan masyarakat harus mendapat manfaat.
Ketua SPI Henry Saragih yang juga aktivis petani dunia mengatakan hal yang paling utama adalah bagaimana pangan lokal memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Konsep kedaulatan pangan lahir untuk merespons konsep ketahanan pangan yang berorientasi pada pasar global,” katanya.
Menurutnya, perlu upaya serius untuk mencapai kedaulatan pangan dengan mengembangkan pangan lokal yang berkualitas, bergizi, ramah lingkungan, dan bisa memenuhi kebutuhan pangan.
“Dunia saat ini sedang menghadapi persoalan pangan karena pola hidup manusia itu sendiri. Saat ini ada 1 miliar orang yang kelaparan, tetapi juga ada 1 miliar orang lebih yang obesitas. Satu kekurangan makan, yang satu lagi kelebihan makanan,” tegas mantan Presiden Asosiasi Petani Dunia ini.