Bank Sentral Rekomendasikan Hilirisasi Komoditas di Sulsel

Laju perekonomian Sulsel dalam 10 tahun terkahir yang mencatatkan pertumbuhan rata-rata 7,36% per tahun. Masih berpeluang melaju lebih tinggi.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, MAKASSAR - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan kembali menggelar diseminasi hasil Kajian Ekonomi Keuangan Regional sebagai bentuk partisipasi bank sentral dalam pengembangan perekonomian di daerah tersebut.

Bambang Kusmiarso, Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sulsel, mengemukakan hasil kajian tersebut diharapkan bisa menjadi acuan seluruh stakeholder berbagai sektor dalam merumuskan langkah strategis.

"Khusus di Sulsel ini, mampu ikut memacu pengembangan industri berorientasi ekspor dengan berbasis sumber daya alam unggulan daerah," katanya dalam paparan KEKR Provinsi Sulsel, Rabu (4/4/2018).

Menurut Bambang, perbaikan perekonomian pada sisi industri dari hulu hingga hilir dipandang perlu menjadi prioritas agar meningkatkan daya saing Sulsel di tengah ekonomi makro yang masih dalam tahap pemulihan.

Pada titik tersebut, optimalisasi komoditas unggulan Sulsel yang kemudian diarahkan pada aspek hilirisasi bisa menjadi instrumen agar memacu perekonomian daerah itu.

Adapun komoditas unggulan itu diantaranya kakao, rumput laut hingga kopi agar memiliki nilai tambah melalui tahapan hilirisasi sehingga bisa memberikan kontribusi signifikan terhadap struktur perekonomian.

Bambang menguraikan, hilirisasi industri diproyeksikan menjadi instrumen dalam mengangkat laju perekonomian Sulsel pada tahun ini setelah pada 2017 hanya berada pada level 7,23% dengan kecenderungan perlambatan.

Secara umum, Bambang menguraikan bahwa pangsa ekonomi Sulsel terhadap nasional dalam 10 tahun terakhir meningkat cukup siginifikan.

Pada 2007 lalu, pangsa ekonomi Sulsel hanya berada pada level 1,75% dan terus meningkat hingga menjadi 3,08% pada posisi 2017.

"Ini tidak lepas dari laju perekonomian Sulsel dalam 10 tahun terkahir yang mencatatkan pertumbuhan rata-rata 7,36% per tahun. Masih berpeluang melaju lebih tinggi, dan 2018 jadi titik akselerasi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper