Bisnis.com, MAKASSAR - Beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang meliputi Bone, Sinjai, Jeneponto, Bantaeng, hingga Bulukumba diterjang banjir sejak sepekan terakhir akibat hujan deras yang melanda.
Kejadian yang hampir bersamaan ini memicu sorotan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), yang menyebut akar mula bencana tersebut ditengarai akibat adanya aktivitas pembukaan lahan.
Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik Walhi Sulsel Slamet Riadi mengatakan pihaknya paling menyoroti secara spesifik banjir yang terjadi di Kabupaten Sinjai.
Saat ini, bagian hulu kabupaten tersebut, tepatnya di Kecamatan Sinjai Barat, Sinjai Bulopodda, Sinjai Tengah, dan Sinjai Selatan ada ancaman aktivitas ekstraktif yang masif di wilayah tangkapan air Sungai Mangottong dan Sungai Tangka.
Parahnya, aktivitas pertambangan ini telah mengantongi izin operasi produksi pertambangan emas seluas 11.326 hektare milik PT Trinusa Resources.
"Meskipun saat ini belum ada penambangan, namun bencana hidrometeorologi sudah terjadi. Coba bayangkan bagaimana jika penambangan telah berlangsung, tentu bencana akan semakin meningkat dan inilah yang dikhawatirkan oleh masyarakat," ungkap Slamet, Senin (7/7/2025).
Selain aktivitas tambang, Walhi juga menyorot soal masifnya pembukaan lahan hutan untuk pertanian. Namun aktivitas tersebut masih bisa dikontrol karena sejumlah warga masih bisa diajak untuk berkomunikasi.
Kendati demikian, Slamet mengimbau kepada pemerintah untuk aktif memberi edukasi dan pemahaman kepada warga soal pentingnya menjaga kawasan hutan.
Lebih lanjut, Walhi menyarankan pemulihan pasca bencana dan langkah mitigasi atas semua bencana ini, harus menggunakan pendekatan berbasis bentang alam atau ekosistem esensial seperti Daerah Aliran Sungai (DAS).
Perencanaan dan pelaksanaan mitigasi bencana sudah tidak bisa lagi dilakukan secara sektoral atau hanya dilakukan per kabupaten.
"Setiap kabupaten harus berkoordinasi dengan kabupaten lain untuk merumuskan upaya mitigasi dan perlindungan kawasan hutan ke depannya. Terlebih lagi mengingat fenomena perubahan iklim yang membuat dan menuntut kita semua agar cepat beradaptasi dengan kondisi ini," tutur Slamet.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tersebut. Namun ribuan rumah terendam hingga sejumlah fasilitas umum mengalami kerusakan.