Bisnis.com, MAKASSAR - Kebijakan tarif dagang yang diterapkan Amerika Serikat (AS) dinilai bisa berdampak pada kinerja ekspor Sulawesi Selatan (Sulsel) jadi makin lesu. Para pengusaha ekspor atau eksportir khawatir beberapa komoditas unggulan akan kehilangan daya saing di pasar global.
Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Arief R Pabettingi mengatakan pasar AS sejauh ini menjadi salah satu tujuan utama perdagangan di Sulsel. Ada beberapa komoditas yang rutin di jual ke negara tersebut, seperti rumput laut, kakao, dan hasil perikanan.
Komoditas-komoditas ini menjadi barang unggulan karena produksinya sangat besar di Sulsel, bahkan secara nasional. Maka dari itu, jika harganya di AS makin tinggi akibat kebijakan tarif dagang, ada potensi daya saingnya jadi tertekan.
Dampak negatifnya pun diproyeksi akan meluas, mulai dari volume produksi dan penjualan yang makin menurun, penerimaan negara menurun, pendapatan petani menurun, hingga pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Arief menjelaskan, tarif yang tinggi bisa memaksa para pengusaha menurunkan volume penjualan mereka dan juga terpaksa harus menurunkan produksi.
Ongkos produksi dan distribusi juga bisa membengkak, yang membuat margin keuntungan para pengusaha akan menipis. Jika ini terjadi, PHK di sektor industri tak bisa dihindari.
Baca Juga
Ekspor Sulsel yang kebanyakan merupakan produk pertanian dan perikanan tentu akan berdampak kepada para petani secara langsung. Jika permintaan industri menurun, pasti permintaan kepada para petani juga akan menurun yang membuat pendapatan mereka berkurang.
"Lebih jauh kekuatan Rupiah terhadap Dollar AS juga pasti akan tertekan karena ekspor kita melemah. Pendapatan pajak dari sektor ekspor pasti ikut turun. Ini harus menjadi perhatian serius karena akan berdampak pada penerimaan negara secara keseluruhan,” paparnya kepada wartawan, Rabu (9/4/2025).
Arief pun berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret dan cepat, termasuk membuka jalur negosiasi langsung dengan AS terkait bea masuk produk asal Indonesia.
Selain itu, diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara alternatif di Asia, Eropa Timur, dan Timur Tengah juga perlu didorong, agar bisa mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
"Selain kebijakan ini menjadi tantangan, juga bisa menjadi peluang. Ini momentum bagi kita untuk memperluas jaringan ekspor dan memperkuat daya saing produk lokal melalui peningkatan kualitas dan efisiensi produksi," tuturnya.