Bisnis.com, MAKASSAR - Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang ditarget bisa mencapai 30% dari total luas wilayah, kerap menghadapi tantangan dalam upaya perluasannya, karena sudah padatnya bangunan di kota ini.
Pemerintah setempat pun dalam beberapa kesempatan selalu mengajak berbagai pihak untuk membantu menangani masalah tersebut. Agar luas RTH bisa cepat memenuhi target, peran serta instansi non-pemerintah dibutuhkan, supaya keseimbangan ekosistem kota bisa cepat terwujud.
Terbaru, Yayasan Kehati bersama PT Sankyu Indonesia International membantu akselerasi perluasan RTH dengan menyasar penambahan area di bibir pantai. Mereka menanam 3.000 bibit mangrove di kawasan pesisir Mangrove Lantebung Kota Makassar.
President Director PT Sankyu Indonesia International Ikuo Morino mengatakan, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar per akhir 2023, RTH di wilayah ini hanya seluas 11,47% dari total luas keseluruhan kota. Padahal untuk mencapai 30% dibutuhkan lahan seluas 5.273,1 hektare.
Maka dari itu gerakan ini dianggapnya sangat penting, terutama dalam mendukung program Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) Kota Makassar dan Nationally Determined Contribution (NDC) Kota Makassar.
"Selain itu kegiatan ini sekaligus tindak lanjut dari perjanjian kerja sama program restorasi mangrove dan mitigasi bencana serta perubahan iklim yang ditandatangani oleh PT Sankyu Indonesia International dan Yayasan Kehati pada Agustus 2024 lalu," ungkapnya melalui keterangan resmi, Jumat (13/9/2024).
Baca Juga
Ikou menambahkan, gerakan ini dilakukan di Kawasan Mangrove Lantebung karena merupakan satu-satunya area hutan mangrove tersisa di Kota Makassar. Bibit yang ditanam adalah jenis Rhizopora spp dan Soneratia spp.
Penanaman diharapkan bisa berdampak mengembalikan fungsi-fungsi ekologis dan fisik hutan mangrove sebagai daerah penyangga dari ancaman erosi dan abrasi pantai, sekaligus sebagai daerah asuhan, dan perkembangbiakan berbagai biota laut lainnya.
Sementara Direktur Eksekutif Yayasan Kehati Riki Frindos menjelaskan bahwa program penanaman mangrove tidak hanya memberikan dampak ekologis, namun juga ekonomi dan sosial. Dampak dari konservasi bisa dimanfaatkan untuk edukasi, penelitian, ekowisata, kuliner, dan lainnya.
"Program Mangrove Blue Carbon sendiri sudah dijalankan oleh Yayasan Kehati di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain di Kabupaten Donggala, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pandeglang, dan daerah lain," tuturnya.