Bisnis.com, MAKASSAR — Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat realisasi ekspor wilayah setempat pada semester I/2024 senilai Rp15,88 triliun, turun 9,68% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurunnya nilai ekspor ini tidak lepas dari berkurangnya permintaan produk ke Jepang yang mengalami penurunan 26,33%; kemudian ke China juga turun 2,18%; ke Australia turun 42,36%; dan ke Vietnam turun 14,64%. Negara-negara ini menjadi lokasi yang kerap masuk dalam 10 besar negara tujuan ekspor utama Sulsel.
"Kami sampaikan bahwa share ekspor Sulsel ke Jepang pada Juni 2024 itu mencapai 47,69% dan China sebesar 35,58%. Jadi menurunnya permintaan ke negara ini memberi pengaruh besar terhadap realisasi ekspor kita," ungkap Plh Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Provinsi Sulsel Since Erna Lamba kepada Bisnis, Rabu (21/8/2024).
Komoditas dan Produk yang berkontribusi ekspor pada periode Januari-Juni 2024 berasal dari sektor tambang sebesar 74,51%; kemudian sektor pertanian dan perikanan sebesar 13,73%; dan sektor industri sebesar 11,75%.
Sementara 10 komoditas utama meliputi nikel, rumput laut, carragenan, udang segar, kakao liquor, ikan olahan, mete kupas, biji kakao, gurita dan ikan segar. Sebagian besar komoditas tersebut di ekspor ke Jepang, China, Amerika serikat, Malaysia, Korea Selatan, Rusia, Inggris, Vietnam, Australia dan Kanada.
Since mengakui ada beberapa kendala yang dihadapi pihaknya dalam mendistribusikan komoditas ekspor ini. Antara lain jalur logistik dalam mengakses pasar luar negeri saat ini masih belum efektif dan efisien dari segi biaya dan waktu tempuh ke negara tujuan ekspor.
Baca Juga
Pasalnya hampir 60% ekspor Sulsel dilakukan secara indirect melalui pelabuhan di Surabaya dan Jakarta. Sehingga selalu mengurangi daya saing produk wilayah ini di pasar global. "Di samping itu, saat ini hampir 80% komoditas ekspor kita masih dalam bentuk raw material atau bahan baku, sehingga value added-nya masih rendah," tutupnya.