Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjaga Leluhur Cita Rasa Kopi Toraja

Kopi Toraja memiliki cita rasa khas tersendiri, simak lengkapnya berikut ini
Owner Kopi Leluhur Ade Sri Rahayu tengah memperlihatkan produknya./Bisnis-Nugroho Nafika Kassa
Owner Kopi Leluhur Ade Sri Rahayu tengah memperlihatkan produknya./Bisnis-Nugroho Nafika Kassa

Bisnis.com, MAKASSAR - Bagi masyarakat Toraja, kopi bukan hanya sekedar minuman, tapi telah menjadi budaya yang sangat melekat.

Mulai dari proses penanaman, perawatan, panen, pengolahan, hingga penyajiannya telah menjadi tradisi dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sana.

Filosofi ini lah yang diyakini menjadikan branding kuat kopi Toraja di seluruh negeri hingga dunia, selain karena cita rasanya yang memang khas.

Dewasa ini industri kopi di wilayah itu terus berkembang. Banyak merek kopi yang menggunakan komoditas asli Toraja sebagai bahan utama. Salah satu yang cukup menyita perhatian belakangan ini adalah Kopi Leluhur.

Kopi Leluhur adalah kopi kemasan yang umumnya disajikan dalam bentuk bubuk maupun roasbean. Menggunakan biji kopi asli dari salah satu daerah penghasil kopi terbaik di dunia, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dipetik di atas ketinggian 700 - 2.300 Mdpl.

Pemiliknya, Ade Sri Rahayu mengatakan, dinamai kopi leluhur karena usahanya tersebut merupakan usaha turun temurun yang dilakukan oleh keluarganya, mulai dari nenek, ibu, dan saat ini dilanjutkan oleh dirinya.

Kopi Leluhur adalah representasi dari upaya melestarikan tradisi keluarga, mendidik, dan menjadi penghidupan bagi para petani kopi di Toraja maupun di Sulsel.

Wanita 41 tahun itu berkisah, neneknya dulu adalah seorang petani kopi dengan lahan yang tidak terlalu luas di sekitar pegunungan Tana Toraja. Untuk menghidupi kebutuhan keluarga sehari-hari, mereka menjual green bean hasil petikannya dari pasar ke pasar.

Penghasilan yang didapat sangat bergantung pada harga biji kopi yang ditetapkan oleh pasar. Kadang naik, kadang juga turun. Parahnya jika komoditas itu harganya turun tajam, maka tidak jarang mereka merugi. 

Kemudian kebun kopi itu diwariskan ke ibunya Ade dengan masih mengandalkan penjualan green bean. Hanya saja saat itu harga kopi sudah mulai naik, sehingga ibunya inilah yang berperan memperluas sedikit demi sedikit lahan kebun kopinya.

Baru pada 2009, Ade mewarisi kebun kopi itu. Di sini lah transformasi demi transformasi dilakukan. Yang tadinya hanya fokus pada pengembangan hulu, akhirnya mulai dipikirkan bagaimana cara agar bisa melakukan penjualan produk hilir supaya keuntungan yang didapatkan juga lebih besar.

"Saya berpikir sebaiknya jangan lagi harga kopi kami selalu diatur oleh pasar, saya sudah tidak mau rasakan rugi karena hanya jual green bean. Makanya produk terbaik yang bisa kami jual dari kopi Toraja seharusnya adalah kopi kemasan. Itulah juga kenapa Kopi Leluhur bisa hadir," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2024).

Hadirnya kopi kemasan itu membuat Ade kini lebih leluasa dalam memasarkan produknya. Bukan hanya dijual ke kedai kopi atau pemasok kopi saja yang dulu kerap dilakukan saat memasarkan green bean, namun sekarang bisa dijual juga di outletnya sendiri, toko-toko ritel, hingga di beberapa e-commerce.

Kopi Leluhur yang saat ini telah memiliki outlet sendiri di Jalan Emmy Saelan dan Wilayah Sudiang Kota Makassar telah tumbuh pesat. Total produksinya dalam sebulan bisa menghasilkan hingga 900 kilogram kopi kemasan, dengan total lima karyawan.

Bahkan jika musim panen kopi tiba, Ade harus menambah karyawannya hingga 20 orang yang sebagian besar di antara mereka ditugaskan untuk membantu memetik kopi di kebun miliknya. 

Ada tiga varian kopi utama yang ditawarkan, mulai dari Original Arabica Roasbean, Original Robusta Roasbean, dan Coffee Blend Roasbean.

Untuk kopi arabica yang disajikan, dia memetik langsung biji kopi yang ditanam khusus pada ketinggian sekitar 1.400 – 2700 mdpl, sedangkan untuk kopi robusta secara umum tumbuh pada ketinggian sekitar 700 – 1.100 mdpl. 

"Hal ini membuat biji kopi mampu memberikan cita rasa yang unik, layaknya rempah-rempah," paparnya.

Ade menambahkan, penjualan Kopi Leluhur saat ini bukan hanya ditujukan untuk beberapa daerah di Indonesia saja. Namun dia telah berhasil ekspor ke beberapa negara seperti Hongkong, Australia, hingga Korea Selatan.

Penjualan paling banyak ke beberapa tersebut adalah varian Arabica Roasbean. Katanya banyak penggemar kopi di negara-negara itu yang lebih menyukai rasa khas arabica Toraja.

Lebih jauh, Ade berharap ke depannya Kopi Leluhur bisa semakin berkembang, apalagi dengan bergabungnya dia ke UMKM binaan Bank Indonesia. Salah satu cita-cita yang ingin dia wujudkan adalah membuka outlet di luar negeri.

"Saya percaya masyarakat dunia pasti suka kopi Toraja, makanya dengan bisa membuka outlet di luar negeri saya yakin Kopi Leluhur bisa semakin mendunia," tuturnya.

Sebelumnya Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulsel Rizki Ernadi Wimanda telah menyatakan komitmen untuk terus mendukung pengembangan UMKM di wilayah ini, utamanya UMKM binaan BI.

Melalui program Rewako Export, pihaknya ingin agar UMKM dapat terus meningkatkan kapabilitas dan akses pasar global dan mendapatkan buyer untuk dapat merealisasikan transaksi ekspor. 

"Untuk mendukung akses pemasaran, beberapa kegiatan pameran dan ekspo menjadi ajang showcasing UMKM binaan BI untuk dapat memperkenalkan produk dan meningkatkan penjualannya. Ini bisa menjadi pintu bagi UMKM Sulsel memperluas pasar di luar negeri," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper