Bisnis.com, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kinerja industri perbankan di Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga posisi Mei 2024 masih stabil dan terjaga. Total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga penyaluran kredit tumbuh meyakinkan dengan tingkat non performing loan (NPL) yang masih berada di bawah ambang batas.
Kepala OJK Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) Darwisman memerinci, total aset perbankan di Sulsel posisi Mei 2024 sebesar Rp193,36 triliun, tumbuh 7,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp179,06 triliun. Terdiri dari aset bank umum sebesar Rp189,61 triliun dan aset Bank Perekonomian Rakyat (BPR) Rp3,74 triliun.
DPK yang terkumpul juga mengalami pertumbuhan 9,06% atau mencapai Rp130,09 triliun posisi Mei 2024, lebih tinggi dibandingkan posisi Mei 2023 yang hanya Rp119,28 triliun. Bank umum mengumpulkan paling banyak DPK sebesar Rp127,52 triliun dibandingkan BPR yang hanya Rp2,56 triliun.
Total kredit yang disalurkan mencapai Rp160,21 triliun, lebih banyak 9,58% dibandingkan periode sebelumnya yang hanya Rp146,2 triliun. Kredit yang telah disalurkan oleh bank umum tercatat Rp157,14 triliun, sementara BPR menyalurkan Rp3,06 triliun.
"Kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 125,56% persen dan tingkat rasio kredit bermasalah atau NPL masih berada di level aman 3,25%," ucap Darwisman kepada wartawan, Rabu (17/7/2024).
Dia menambahkan, perbankan syariah juga turut menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada posisi Mei 2024. Hal ini tercermin dari aset perbankannya yang meningkat sebesar 18,08% (yoy) menjadi Rp14,99 triliun.
Baca Juga
Penghimpunan DPK pada perbankan syariah tumbuh sangat tinggi 27,08% menjadi Rp10,90 triliun, yang sebelumnya pada posisi Mei 2023 hanya Rp8,58 triliun.
"Penyaluran pembiayaannya juga tumbuh 17,06% menjadi Rp12,70 triliun. Tingkat intermediasi perbankan syariah berada pada level 116,48% dengan tingkat NPL pada level aman 2,51%," tuturnya.