Bisnis.com, MAKASSAR — PT PLN (Persero) tengah melakukan langkah mitigasi agar seluruh pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di wilayah Sulawesi bagian selatan tidak terdampak efek kemarau yang bisa mengakibatkan penurunan produksi listrik.
Pasalnya, berkaca pada kemarau tahun lalu, pembangkit EBT di wilayah ini utamanya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) mengalami penurunan produksi hingga 75%. Kondisi tersebut menyebabkan defisit energi yang berimbas pada pemadaman bergilir di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar).
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sulselrabar Moch. Andy Adchaminoerdin mengatakan bauran EBT melalui daya mampu PLTA dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) terpasang di sistem kelistrikan Sulawesi bagian selatan (Sulbagsel) ini cukup besar, mencapai 41%.
Artinya jika pembangkit ini terkena imbas dari efek kemarau, seperti menurunnya debit air di sungai-sungai yang digunakan pada PLTA, maka dampak yang dihasilkan terhadap produksi listrik juga cukup besar.
Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan berbagai langkah antisipasi, salah satunya dengan penerapan metode Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sedini mungkin.
Andy mengungkapkan langkah tersebut telah terbukti ampuh menekan dampak kemarau panjang pada tahun lalu hingga meningkatkan produksi PLTA. Maka dari itu TMC akan dilakukan kembali di beberapa lokasi PLTA saat debit air sungai mulai berkurang.
Baca Juga
"Melihat kesuksesan inovasi TMC pada akhir tahun 2023 lalu, PLN kembali berencana akan melakukannya di beberapa lokasi PLTA sebagai upaya untuk menambah debit air," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (11/7/2024).
Selain TMC, beberapa upaya lain dilakukan PLN yaitu telah melakukan pemeliharaan pembangkit secara komprehensif agar lebih siap dalam menghadapi musim kemarau ini. Bahkan telah dilakukan penambahan kapasitas pembangkit di sistem kelistrikan Sulbagsel sebesar 130 MegaWatt (MW).
"Secara umum saat ini pasokan listrik di sistem Sulbagsel terbilang cukup dan PLN lebih siap dalam menghadapi musim kemarau berkepanjangan tahun ini. Kami terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dengan menjaga pasokan listrik secara kontinyu," paparnya.
Demi menjaga keamanan penggunaan listrik, Andy mengimbau agar masyarakat tertib dalam memanfaatkan tenaga listrik demi menghindari bahaya kebakaran akibat korsleting. Serta diimbau pula menggunakan listrik secukupnya apabila sudah tidak digunakan.
"Kami juga mengimbau agar masyarakat menggunakan listrik secukupnya, apabila sudah tidak digunakan dan untuk menjaga keamanan harap mematikan dan mencabut peralatan elektronik. Keselamatan juga merupakan hal yang utama dengan tertib memanfaatkan listrik," tuturnya.
Sebelumnya, Ekonom Universitas Muhammadiyah Makassar Sutardjo Tui mengatakan penanganan terkait keandalan listrik perlu diperhatikan jika wilayah Sulawesi tidak mau kehilangan potensi investasi. Pasalnya hampir semua kegiatan usaha bergantung pada beban listrik.
Masalah pasokan listrik juga akan membuat perputaran ekonomi melemah. Sektor usaha yang ada Sulbagsel ini akan terganggu, utamanya para UMKM yang menjadi salah satu sektor penunjang perekonomian daerah.
Maka dari itu, semua pihak, bukan hanya PLN, harus terus memiliki langkah mitigasi agar potensi gangguan listrik di wilayah ini tidak terjadi.
"Ingat bahwa masalah listrik akan menghambat perekonomian. Investor takut masuk, begitu juga UMKM bisa terancam mati. Dampak lebih parahnya jika UMKM ini produksinya tidak jalan, maka berimbas pada munculnya kemiskinan baru," jelasnya.