Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerimaan Bea Cukai Sulsel Turun 3,89%, Dipengaruhi Importasi Insidentil dan Pasokan Air Bersih

Kanwil DJBC Sulbagsel mencatat penerimaan kepabeanan dan cukai Sulsel hingga triwulan III/2023 sebesar Rp250,92 miliar.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, MAKASSAR — Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Kanwil DJBC) Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) mencatat penerimaan kepabeanan & cukai Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga triwulan III/2023 sebesar Rp250,92 miliar, lebih rendah 3,89% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp261,09 miliar.

Penurunan disebabkan kinerja penerimaan bea masuk yang terkontraksi cukup dalam mencapai 23,35% akibat importasi insidentil pada September 2022 berupa submarine cable system yang tidak terjadi lagi tahun ini. Selain itu terhambatnya pasokan air bersih untuk proses produksi Makassar Tene juga menjadi hambatan karena komoditas raw sugar yang masuk ke perusahaan ini cukup mempengaruhi realisasi bea masuk.

"Realisasi bea masuk hingga September 2023 tercatat hanya Rp143,1 miliar, ada penurunan 23,35% dibanding tahun lalu yang mencapai Rp186,69 miliar. Komoditas raw sugar hanya menyumbang Rp8,18 miliar untuk bea masuk, mengalami perlambatan," papar Kepala Seksi Penerimaan dan Pengelolaan Data, Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kanwil DJBC Sulbagsel, Stefanus Palinggi, Senin (30/10/2023).

Sementara untuk penerimaan cukai tercatat mencapai Rp79,21 miliar, meningkat cukup tinggi 65,71 persen jika dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp47,8 miliar. Pertumbuhan ini dipengaruhi adanya penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 10% dan minuman keras mengalami kenaikan sebesar 40,76% 

Selain itu, munculnya dua entitas baru pada sentra industri hasil tembakau Soppeng memberikan harapan positif untuk pertumbuhan penerimaan cukai HT.

Untuk penerimaan bea keluar hingga September 2023 mencapai Rp28,61 miliar, tumbuh 7,58% jika dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp26,6 miliar. Penerimaan didominasi oleh komoditi kakao sebesar Rp4,7 miliar, setelah mengalami perlambatan pada bulan lalu akibat kesulitan pasokan bahan mentah biji kakao. 

"Meski perusahaan penghasil produk kakao telah aktif berproduksi kembali, namun tantangan pasokan bahan mentah tetap menjadi kendala beberapa bulan ke depan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper