Bisnis.com, MAKASSAR - Bank Indonesia bekerjasama dengan PT Habibi Digital Nusantara mulai mengembangkan digital farming atau pertanian digital di Sulawesi Selatan (Sulsel). Pengembangan pertama di wilayah ini dilakukan di Pesantren Himmatul Quran, Kabupaten Gowa untuk lahan seluas 1 hektare.
CEO PT Habibi Digital Nusantara Irsan Rajamin mengatakan, proyek ini masih dalam tahap uji coba dengan penanaman perdana untuk tanaman cabai dan bawang merah, yang akan dikhususkan terlebih dahulu untuk irigasi sistem dan sensor-sensor pembacaan nutrisi serta kebutuhan unsur hara pada tanaman.
Manajemen pertaniannya akan melibatkan santri untuk menjadi petani dan merawat tanamannnya. Sementara pihak Habibi Digital Nusantara akan mendampingi budi daya dan teknologinya selama satu musim.
"Ini percontohan, hanya stimulus. Setelah kami mendampingi satu musim, santri diharapkan bisa mandiri menerapkan teknologinya. Nanti ke depannya secara bisnis, mereka akan bisa berkelanjutan dari profitnya buat perluasan lahan dan lain-lain," ungkapnya pada acara Bincang Ekonomi Sulsel 2023 di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Selasa (24/10/2023).
Dia menambahkan pengaplikasian digital farming yang akan dilakukan memanfaatkan alat sensor Rapid Soil Check (RSC) yang terhubung ke smartphone. Sensor ini bisa mengidentifikasi cepat dan akurat parameter penentu tingkat kesuburan tanah sehingga petani dapat mengetahui pemberian jenis dan dosis pupuk yang tepat.
Selain itu juga bisa mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen dengan mengetahui kekurangan unsur hara di dalam tanah, serta mengetahui risiko gagal panen akibat PH yang ekstrem dan kekurangan pupuk atau air.
Baca Juga
"Pertanian digital juga bisa melacak seluruh kegiatan pertanian, dari pengolahan lahan hingga panen dengan cara memasang GPS pada alat-alat pertanian, sehingga seluruh kegiatan dalam bertani dapat terpantau dengan baik," jelas Irsan.
Sementara Direktur Bank Indonesia (BI) Sulsel M. Firdauz Muttaqin mengungkapkan jika penerapan digital farming di kabupaten Gowa merupakan langkah uji coba yang dilakukan pihaknya dalam upaya peningkatan produktifitas pertanian di Sulsel.
Jika program tersebut berhasil, penerapannya akan diaplikasikan ke lokasi dan daerah lainnya, sehingga ke depan, diharapkan para petani Sulsel bisa seluruhnya memanfaatkan digitalisasi ini.
"Tentu kita harap ke depannya ini bisa semakin berkembang. Kita tahu di era sekarang banyak tantangan yang mendera pertanian Indonesia terutama di Sulsel yang masih cukup tinggi menyumbangkan pendapatan dari sektor ini. Kita tidak mau pertanian Sulsel makin lama makin tergerus, olehnya kita harus mulai tindakan ini," tuturnya.