Bisnis.com, MAKASSAR - Konsentrasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam menjaga inflasi pada semester II/2023 akan lebih banyak dititikberatkan pada ketersediaan pasokan pangan di wilayah ini. Pasalnya kelompok makanan menjadi sektor yang paling berpengaruh besar terhadap pergerakan inflasi di Sulsel.
Hal ini juga menjadi atensi akan potensi dampak el nino yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun ini, di mana dikhawatirkan bisa memberi dampak besar pada hasil panen pertanian Sulsel.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel Causa Iman Karana mengatakan, pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Sulsel akan mulai memetakan daerah paling berisiko terdampak el nino, terutama daerah sentra pertanian seperti Kabupaten Sidrap, Pinrang, Soppeng, dan Enrekang. Untuk tetap menjaga produksi di daerah tersebut, TPID akan gencar memberikan bantuan sarana produksi (saprodi) pertanian seperti benih, pupuk, dan obat-obatan.
Selain pemberian saprodi yang dianggarkan menggunakan APBD, pembiayaan untuk pembelian saprodi dan alsintan juga akan didorong melibatkan pihak swasta atau memanfaatkan KUR Super Mikro Alsintan seperti yang tertuang pada Permenko No. 3 tahun 2023.
"Upaya penguatan data dan informasi juga dilakukan dengan melakukan pemetaan daerah yang berisiko terpengaruh kekeringan ekstrem dan menyusun neraca pangan tingkat Kabupaten/Kota," kata Causa, Senin (26/6/2023).
Di sisi lain, peningkatan produksi juga terus dilakukan. Seperti melalui pengadaan pompa air untuk pengairan selama periode kemarau, perluasan program Bantuan Benih Mandiri untuk bawang merah dan cabai, gerakan tanam cabai di pekarangan, optimalisasi gudang penyimpanan seperti gudang penyimpanan teknologi ozon, CAS, dan cold storage, serta mendorong hilirisasi bawang merah dan cabai untuk meningkatkan produk turunan yang lebih tahan lama.
Baca Juga
Selain upaya menjaga inflasi, TPID juga akan berusaha mendorong percepatan investasi dan perdagangan pada paruh kedua nanti untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hingga pertengahan 2023 ini, Causa mengatakan pihaknya telah mempromosikan empat Investment Project Ready to Offer (IPRO) dengan keberminatan Rp2,216 trilian dari sembilan calon investor melalui Indonesia Investment Forum Dubai dan berbagai bilateral meeting.
Ada sembilan IPRO yang ditargetkan bisa terpromosi dan menjalin kemitraan hingga akhir 2023 ini, antara lain Kawasan Industri Bantaeng (KIBA), Kawasan Industri dan Pergudangan Parepare dan Sekitarnya (KIPAS), Industri pengolahan minya kelapa sawit di Luwu Utara, Galangan Kapal di Barru, Sinar Deli Bantaeng, PLTB Tolo 2, Budidaya sapi potong di Bone, Japparate Makassar, dan Wisata Pasi Gusung di Selayar.
Tak hanya investasi, Bank Indonesia juga akan terus mendorong peningkatan ekspor melalui fasilitasi keikutsertaan UMKM binaan maupun mitra dalam berbagai global trade fair/expo pada Semester II/2023.
"Pertumbuhan ekonomi Sulsel tidak dapat bergantung pada konsumsi masyarakat ataupun konsumsi pemerintah, melainkan harus didorong melalui investasi dan peningkatan ekspor," tambahnya.
Sementara Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Sulsel Ichsan Mustari mengatakan ada beberapa upaya strategis yang akan dilakukan pemerintah provinsi untuk mendukung terkendalinya inflasi dan peningkatan investasi. Antara lain mendorong proyek infrastruktur yang mampu memberi multiplier effect bagi perekonomian dan mendukung perwujudan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di Sulsel melalui percepatan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus.
"Selain itu kami juga akan mengembangkan UMKM naik kelas hingga mampu untuk melakukan ekspor, dan memastikan ketersediaan one stop service investasi untuk mendukung kemudahan berusaha, baik yang bersifat investasi maupun kerja sama perdagangan," tuturnya.