Bisnis.com, MAKASSAR — Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada Januari 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat nilai tukar petani (NTP) di wilayah ini secara umum mengalami peningkatan sebesar 1,21 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. NTP Desember 2022 tercatat sebesar 101,12, naik menjadi 102,35 pada Januari 2023.
Kenaikan NTP tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan yang lebih besar dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It mengalami kenaikan sebesar 2,04 persen sementara Ib mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen.
Kepala BPS Sulsel Suntono mengatakan pada Januari 2023, secara umum It naik sebesar 2,04 persen dibandingkan It Desember 2022, yaitu dari 114,13 menjadi 116,46. Peningkatan It pada Januari 2023 disebabkan oleh naiknya It di hampir semua subsektor pertanian.
Antara lain subsektor tanaman pangan sebesar 2,80 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 2,63 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,01 persen, dan subsektor perikanan sebesar 2,10 persen.
"Sementara itu, It pada subsektor peternakan menjadi satu-satunya yang mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,08 persen," ungkap Suntono belum lama ini.
Untuk Ib, secara umum pada Januari 2023 naik sebesar 0,82 persen bila dibandingkan dengan Ib Desember 2022, yaitu dari 112,86 menjadi 113,79.
Baca Juga
Hal ini disebabkan oleh peningkatan nilai Ib pada seluruh subsektor pertanian. Indeks harga yang dibayar petani pada subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,86 persen, subsektor tanaman hortikultura naik sebesar 0,61 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,04 persen, subsektor peternakan naik sebesar 0,39 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,58 persen.
Sementara untuk nilai tukar usaha petani (NTUP) pada Januari 2023 secara umum naik sebesar 1,23 persen. Terdapat tiga subsektor yang mengalami peningkatan NTUP yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 2,10 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 2,35 persen, dan subsektor perikanan sebesar 1,82 persen.
"Penurunan NTUP terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor peternakan masing-masing sebesar 0,86 dan 0,10 persen," tutupnya.