Bisnis.com, PALU - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat ada sebanyak 17.274 rumah tangga nelayan yang tersebar di sejumlah daerah di Sulteng hidup miskin.
"Banyak nelayan masih hidup miskin dan terpuruk, bukan cuma di Sulteng tapi kondisi yang serupa juga terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Ini yang sama-sama harus kita pikirkan untuk dicarikan jalan keluarnya," kata Kepala DKP Sulteng Moh. Arief Latjuba di Kota Palu, Rabu (6/4/2022).
Ia menjelaskan ada beberapa penyebab nelayan di Sulteng masih hidup miskin, baik karena persoalan klasik maupun persoalan terkini, antara lain sumber daya manusia yang rendah.
Kemudian, biaya operasional untuk melaut yang terus melonjak tinggi, cuaca buruk yang menghambat nelayan melaut, kemajuan teknologi di bidang kelautan utamanya untuk menangkap ikan yang belum bisa diikuti oleh para nelayan.
"Termasuk bahan bakar baik Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Gas (BBG) yang saat ini sulit didapat. Padahal BBM dan BBG merupakan bahan bakar untuk menghidupkan perahu atau kapal nelayan agar bisa berlayar," ujarnya.
Arief mengatakan agar taraf hidup nelayan miskin di Sulteng dapat meningkatkan pada level sejahtera, ada beberapa upaya yang dilakukan diantaranya melatih para nelayan agar melek teknologi sehingga dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi di bidang kelautan utamanya di bidang penangkapan ikan.
Baca Juga
Khusus untuk mengatasi kesulitan mendapat BBM dan BBG, Ia meminta Pertamina agar dapat secepatnya mengatasi persoalan tersebut sebelum terlambat, mengingat banyak nelayan di Sulteng yang hidup miskin.
"Saat pertemuan di Jakarta beberapa waktu lalu, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) meminta agar kapal pengangkut bahan bakarnya diberi ruang untuk bisa bersandar di pelabuhan perikanan di Sulteng. Kami izinkan tapi syaratnya bantu masyarakat utamanya nelayan untuk memperoleh bahan bakar dengan mudah dan tidak mengantre lagi," ucapnya.