Bisnis.com, MAKASSAR - Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung kurang lebih delapan bulan membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Hal itu ikut mengubah kecenderungan terhadap kepemilikan hunian dan konsep tata ruang dalam hunian untuk mengakomodasi segala kegiatan di rumah, termasuk bekerja atau work form home.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan rumah.com menyimpulkan bahwa saat ini ada dua tantangan besar bagi pelaku bisnis arsitektur. Pertama, bagaimana menjawab keinginan dan kebutuhan segmen milenial yang aktif dan dinamis. Selanjutnya yaitu kemampuan menjawab tuntutan adaptif terhadap efek pandemi covid-19 yang diperkirakan akan terus menetap.
Founder Biroe Architecture & Interior Rubi Roesli mengatakan bahwa inovasi arsitektur yang dilakukan saat ini kuncinya adalah perhatian terhadap problem kesehatan.
“Ada kecenderungan perubahan gaya hidup baru di kalangan masyarakat sebagai respon atas kondisi pandemi ini. orang-orang menjadi lebih peduli terhadap faktor kesehatan yang diperlihatkan melalui pilihan makanan sehat dan gaya hidup sehat seperti meningkatnya aktivitas berolahraga,” kata Rubi dalam rilis yang diterima Bisnis, Rabu (5/8/2020).
Perusahaan konsultan teknik dan rekayasa global, PT Aesler Grup International juga melihat banyak permintaan penyesuaian desain arsitektur dengan banyaknya penerapan WFH sejak masa pandemik Covid-19. Presiden Direktur Aesler Jang Rony Yuwono mengatakan, Covid-19 merupakan adalah tantangan tersendiri untuk menghadirkan desain arsitektur ruang yang lebih kreatif dan mengintegrasikan pola hidup baru.
Aesler pun sudah menyiapkan desain itu lewat konsep yang disebut Future Proofing Homes. Future Proofing Homes, papar Jang Rony, adalah sebuah konsep dalam mendesain sebuah bangunan terutama hunian dengan mindset "antisipasi" terhadap kejadian tidak terduga di masa depan.
Baca Juga
Desain itu harus mampu meminimalisasi shock effect dan physical stresses yang terjadi akibat kejadian tidak terduga tersebut. Konsep ini berbeda dengan yang selama ini diusung oleh beberapa arsitek lainnya, yang notabene kebanyakan memberikan solusi sebatas ruang-ruang dengan social distancing ataupun pencegahan melalui penggunaan sekat ruang,” jelasnya.
Lebih dari sekadar kejadian insidental, Jang Rony memahami bahwa kejadian seperti Covid bisa saja terjadi rutin bahkan menjadi siklus tahunan dalam bentuk berbeda.
"Karena itu ketika mendesain sebuah hunian berskala besar, seorang arsitek juga harus memikirkan berbagai kemungkinan krisis seperti food scarce atau economy breakdown, political war, dll yang akan mempengaruhi pola hidup dan produk hunian,” ujarnya.
Jang Rony menjabarkan, konsep baru itu terdiri dari sejumlah ide desain, seperti self sustained lifestyle yang memungkinkan komunitas di dalam kompleks real estate tersebut memiliki berbagai aktivitas/lifestyle yang lengkap. Lalu kesan outdoor to indoor pada desain yang memberikan nuansa outdoor di dalam ruangan hunian.
Kemudian juga mengusung dynamic and adaptive layout atau mendedikasikan sudut/ruangan dalam hunian sebagai ruang belajar atau bekerja."Juga desain yang terkait living and kitchen sebagai heart of home karena beberapa bulan terakhir, trend hunian semakin terkonsentrasi pada pemanfaatan living room dan kitchen. Terakhir soal garden parks home yang memaksimalkan gaya hidup sehat di rumah," ujarnya.
Dia menambahkan, konsep desain bertema “antispasi” juga memberikan kepastian investasi bagi calon investor maupun end user hunian untuk menjaga value property tersebut hingga di masa depan.
"Saya yakin, produk properti yang didesain dengan konsep ini lebih “tahan banting" terhadap risiko akibat kejadian tidak terduga di masa depan," pungkasnya.