Bisnis.com, KENDARI - Divisi Regional Badan Urusan Logistik Sulawesi Tenggara tengah menunggu kedatangan 250 ton gula pasir dari Sumatera untuk memperkuat stok menghadapi Ramadhan 1416 H.
Kepala Divre Bulog Sultra Ermin Tora di Kendari, Sultra, Minggu (5/4/2020) mengatakan 250 ton gula pasir itu masih dalam proses pengangkutan dan diperkirakan tiba pada April ini.
"Mudah-mudahan tidak ada halangan dalam pelayaran, sehingga diperkirakan gula pasir tiba di daerah ini dalam waktu dekat," katanya.
Meskipun 250 ton gula pasir dalam proses pengangkutan, namun ia mengingatkan masyarakat tidak panik karena Bulog Sultra masih memiliki stok 50 ton.
"Kebutuhan gula pasir berbeda dengan pangan lainnya, seperti beras. Setiap kepala keluarga dalam satu bulan mengonsumsi gula pasir secara wajar sekitar dua kilogram," katanya.
Ia menambahkan secara total, Bulog Sultra memesan 1.000 ton gula pasir, namun pengiriman dilakukan secara bertahap.
Baca Juga
Tahap pertama 250 ton sedang proses pengangkutan dari pabrik di Sumatera yang diperkirakan tiba di Kendari pada April 2020, ujarnya.
Bulog Sultra menjual gula pasir kepada konsumen seharga Rp12.500/kg atau jauh lebih murah daripada harga penjualan umum yang kini mencapai Rp20.000/kg, bahkan di daerah pelosok Sultra harga gula pasir melambung hingga Rp22.000/kg.
Secara terpisah, Bupati Buton Utara Abu Hasan mengatakan saat ini masyarakat di kampung-kampung sudah merasakan kekurangan gula pasir dan terigu.
Kekurangan gula pasir mengakibatkan lonjakan harga di tingkat pengecer dari harga normal sekitar Rp15.000/kg menjadi Rp22.000/Kg. Itu pun kalau ada yang menjual, kata Abu Hasan.
Oleh karena itu, pemerintah daerah mengambil inisiatif meminta pasokan gula pasir dan terigu dari distributor di Kendari dan Bau Bau.
Menurut dia, Bulog sebagai perusahaan miliki negara yang menyalurkan gula pasir diharapkan menanggapi keluhan masyarakat Buton Utara itu.
Abu Hasan juga mengatakan, stok beras di gudang Buton Utara masih kategori aman untuk melayani kebutuhan tiga bulan ke depan.
“Stok beras yang dikuasai Bulog di gudang Buton Utara sebanyak 100 ton cukup untuk kebutuhan tiga bulan ke depan,” tambah Abu Hasan.
Soal pangan, kata dia, rakyat Buton Utara tidak menggantungkan satu satunya pada beras karena cukup tersedia pangan lokal lainnya.
Pangan lokal berupa umbi-umbian dan jagung, ditambah beras menjadi pilar utama pemenuhan masyarakat setempat sehingga tidak menjadi masalah, ujarnya.