Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bawang Putih di Makassar Naik Rp10.000 per Kilogram

Kurangnya pasokan di pasaran memicu Harga bawang putih di pasar tradisional di Makassar menembus Rp35.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp20.000 - Rp25.000 per kilogram.
Pedagang membersihkan bawang putih di salah satu pasar tradisional di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (2/5/2019)./ANTARA-Arnas Padda
Pedagang membersihkan bawang putih di salah satu pasar tradisional di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (2/5/2019)./ANTARA-Arnas Padda

Bisnis.com, MAKASSAR - Kurangnya pasokan di pasaran memicu Harga bawang putih di pasar tradisional di Makassar menembus Rp35.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp20.000 - Rp25.000 per kilogram.

"Ini karena pasokan bawang putih di lapangan berkurang, karena bawang putih impor dari China tidak ada lagi dalam beberapa minggu ini," kata salah seorang pedagang H Rustam di Pasar Terong, Makassar, Selasa (4/1/2020).

Dia mengatakan, untuk pasokan lokal hanya mengandalkan dari Kabupaten Enrekang dan Bantaeng, sedang dari provinsi lain pasokan dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ataupun Ambon, Maluku.

Hal senada dikemukakan pedagang kebutuhan rumah tangga Hj Hasniah di Pasar Maricayya, Makassar. Dia mengatakan, stok bawang putih yang dijual ini hanya sisa pengadaan bulan lalu.

"Itupun harga yang dibeli dari distributor sudah mulai naik, sehingga kami terpaksa menyesuaikan harga saja," katanya.

Menurut dia, ketika bawang impor dari China masih diperjualbelikan secara normal sebelum merebaknya virus Corona di Wuhan, China, rata-rata bawang putih masih dijual Rp20.000 hingga Rp25.000 per kg.

Fluktuasi harga barang kebutuhan rumah tangga itu setelah virus corona merebak di China. Sebelumnya Pakar Ekonomi Universitas Hasanuddin Prof Dr Marzuki, DEA yang menyebutkan bahwa penyakit endemik yang melanda China itu berdampak ganda bagi perekonomian secara nasional dan juga di Sulawesi Selatan.

Menurut dia, bahan makanan asal China yang biasanya membantu pasokan lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, kini tentu terganggu dengan adanya selektifitas yang lebih ketat dari negeri tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper