Bisnis.com, PALU — Sejumlah korban tsunami 28 September 2018 di Kelurahan Mamboro, Kota Palu, Sulawesi Tengah bersedia direlokasi atau dipindahkan secara mandiri atau per kelompok.
"Kami setuju dengan relokasi secara mandiri," kata salah satu perwakilan korban tsunami di Kelurahan Mamboro, Nurdin di Mamboro, Selasa (14/1/2020).
Saat ini, kata Nurdin, terdapat sebanyak 36 kepala keluarga korban tsunami yang akan direlokasi dan dibangunkan hunian tetap lewat skema stimulan.
Ke-36 kepala keluarga yang merupakan nelayan dan pedagang ikan yang tergabung dalam Kelompok Mosinggani itu akan direlokasi ke sebelah timur dari permukiman awal mereka, atau berjarak kurang lebih 1 kilometer.
Relokasi warga diintervensi langsung oleh pemerintah melibatkan swasta yakni ARKOM Indonesia.
Tim Sosial ARKOM Indonesia Wilayah Pendampigan Kelurahan Mamboro, Abde Saputra Darwis mengemukakan saat ini lahan untuk pembangunan huntap korban tsunami Mamboro yang direlokasi secara mandiri telah siap.
Ia menjelaskan lahan itu untuk tahap awal seluas 1.812 meter persegi untuk 12 kepala keluarga korban tsunami. Dari 1.812 meter persegi, seluas 312 meter persegi dihibahkan oleh warga untuk pembangunan masjid di lokasi relokasi.
Kemudian, 3.475 meter persegi untuk 24 kepala keluarga. Dengan begitu, luas total lahan relokasi secara mandiri untuk korban tsunami Mamboro, 5.827 meter persegi.
"Skema yang dikedepankan adalah skema partisipatif, jadi warga yang mencari lahan di kelurahan yang sama," ujarnya.
Kemudian, dalam pembangunan lewat skema partisipatif warga akan gotong royong membangun rumah mereka.
Berdasarkan data BNPB Kota Palu terdapat sebanyak 1.437 keluarga korban gempa, tsunami dan likuefaksi yang belum bersedia di relokasi ke lokasi relokasi di Kelurahan Tondo, Talise maupun Kelurahan Duyu.
Korban dengan jumlah tersebut memilih untuk direlokasi secara mandiri baik secara kelompok atau individual.