Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Melonjak, Neraca Perdagangan Sulsel Defisit US$5,59 Juta

Aktivitas importasi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan pesat pada Agustus 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat, nilai impor Sulsel pada Agustus mencapai US$ 114,80 juta atau mengalami peningkatan sebesar 40,25% bila dibandingkan nilai impor pada Juli 2019.
Aktivitas bongkar muat petikemas di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan yang masuk dalam area kerja Pelindo IV, Selasa (1/1/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Aktivitas bongkar muat petikemas di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan yang masuk dalam area kerja Pelindo IV, Selasa (1/1/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, MAKASSAR - Aktivitas importasi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan pesat pada Agustus 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel mencatat, nilai impor Sulsel pada Agustus mencapai US$ 114,80 juta atau mengalami peningkatan sebesar 40,25% bila dibandingkan nilai impor pada Juli 2019.

Peningkatan nilai impor tersebut ditopang oleh lima kelompok komoditas utama impor di antaranya, bahan bakar mineral 31,58%, ampas/sisa industri makanan 15,63%, gula dan kembang gula 14,94%, gandum ganduman 8,93%, dan mesin/peralatan listrik 7,31%.

"Komoditas tersebut merupakan barang iang dibongkar lewat beberapa pelabuhan di Sulsel pada Agustus 2019," ungkap Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah, Selasa (1/10/2019).

Meningkatnya volume kelima komoditas itu terjadi akibat tingginya permintaan dalam negeri. Adapun lima negara asal impor terbesar yakni Singapura dengan nilai sebesar US$30,52 juta, Thailand US$17,72 juta, Argentina US$15,32 juta, Tiongkok US$12,87 juta, dan Itali dengan nilai US$6,66 juta.

Di sisi lain, aktivitas eksportasi pada Agustus 2019 juga mengalami peningkatan sebesar 12,47% dibandingkan bulan sebelumnya dengan nilai sebesar US$109,21 juta. Nikel masih menjadi komoditas unggulan ekspor yang merajai posisi pertama nilai teringgi sebesar US$72,45 juta.

Kedua aktivitas tersebut membawa neraca perdagangan Sulsel mengalami defisit sebesar US$5,59 juta. Nilai impor yang melesat tentu tak sebanding dengan peningkatan ekspor pada Agustus lalu.

"Kita berharap di bulan selanjutnya aktivitas ekspor juga bisa digenjot oleh sejunlah komoditi. Bisa dengan peningkatan produksi komoditi yang ada. Bisa juga dengan memaksimalkan potensi komoditi lainnya, kakao misalnya," jelas Yos.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler