Bisnis.com, MANADO – Bank Indonesia Sulawesi Utara menyiapkan sejumlah strategi untuk pengembangan ekonomi syariah di provinsi tersebut.
R. Eko Adi Irianto, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Sulut, menilai saat ini Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan ekonomi syariah. Saat ini, kiblat untuk sistem tersebut berada di Malaysia dan Inggris.
Untuk menggarap peluang ekonomi syariah, BI Slut telah menyusun berbagai program di antaranya dengan mengupayakan agar Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) dapat menjadi agenda tahunan.
Selain itu, dia menyatakan BI juga aktif memfasilitasi perolehan sertfikasi halal bagi UMKM binaan otoritas moneter tersebut. Dengan demikian, akan bermunculan lebih banyak produk halal.
“Dengan demikian, lebih banyak lagi pilihan-pilihan produk halal bagi masyarakat di Sulut,” paparnya kepada Bisnis pada Selasa (10/9/2019).
Dari sisi keuangan syariah, Eko menyebut BI juga mendorong agar perbankan syariah dapat meningkatkan porsi pembiayaan syariah ke sektor produktif. “Secara garis besar, Bank Indonesia ingin mengembangkan ekosistem halal di Sulut.”
Misi BI untuk mengembangkan ekosistem halal di Sulut bukannya tanpa tantangan. Salah satu kendala yang dihadapi yakni pemahaman yang masih terbatas mengenai sistem tersebut.
“Lingkup ekonomi syariah tidak sebatas perbankan syariah, tetapi lebih luas dari pada itu. Pengembangan ekosistem halal tersebut terkendala dengan belum terpenuhinya prinsip-prinsip syariah di berbagai aspek,” tutur Eko.
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI telah menyiapkan beberapa strategi untuk mengatasi kondisi tersebut. Hal itu mencakup pengembangan ekosistem bisnis halal di sektor pertanian terintegrasi, sektor industri halal seperti makanan dan fesyen, sektor wisata halal, penguatan kelembagaan termasuk aspek kewirausahaan pesantren, serta penguatan dukungan pemenuhan infrastruktur halal seperti aspek standar dan pengawasan produk halal dan pasar digital.