Bisnis.com, MANADO – Sulawesi Utara mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,48% pada kuartal II/2019, melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama pada tahun lalu sebesar 5,83%.
Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulut juga tercatat melambat dibandingkan kuartal I/2019 yang mencapai 6,58%. Perlambatan pertumbuhan dibandingkan kuartal I merupakan pola yang sudah terjadi sejak 2016.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Ateng Hartono menjelaskan berdasarkan harga berlaku PDRB Sulut pada kuartal II/2019 mencapai Rp31,37 triliun. Adapun, berdasarkan harga konstan 2010, PDRB Sulut tercatat sebesar Rp21,53 triliun.
Dia menjelaskan, pertumbuhan PDRB itu didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 11,48%.
Berdasarkan sumber pertumbuhannya, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan masih tercatat sebagai sumber pertumbuhan terbesar yakni 1,43%. Sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor juga tercatat memiliki sumber pertumbuhan besar, yakni 1,18%.
Adapun, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat sebesar 5,03%. Ateng menjelaskan, pertumbuhan ini bersifat musiman, didorong oleh peningkatan faktor pengeluaran menjelang hari raya Idulfitri.
“Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa hal, seperti momen penerimaan THR, Ramadan, Idulfitri dan menjelang tahun ajaran baru yang jatuh pada kuartal II 2019 menjadi pendorong pertumbuhan aktivitas pada periode ini,” katanya, Senin (5/8/2019).
Hal ini sejalan dengan data komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh 22,27%. Ateng mengatakan bahwa hal ini berkaitan erat dengan adanya belanja pemerintah, khususnya pada belanja pegawai untuk pencairan THR bagi ASN. Konsumsi rumah tangga juga tumbuh 4,46%.
Ateng menjelaskan, secara kumulatif (c-to-c) pertumbuhan pada semester I/2019 mencapai 6,02%. Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,71%.
Secara kumulatif, seluruh lapangan usaha tercatat mengalami pertumbuhan positif pada semester I/2019. Hanya dua lapangan usaha yang tercatat menurun, yakni industri pengolahan dan jasa keuangan dan asuransi. Masing-masing tercatat menurun 0,9% dan 3,95%.
Dia menambahkan, pertumbuhan kumulatif sebesar 6,02% itu tercatat lebih rendah dari periode sebelumnya sepanjang 2016—2018. Dia mengharapkan, pemerintah dapat mempercepat realisasi belanja anggaran untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.
“Pada 2016 pertumbuhan kumulatif semester I mencapai 6,06%, 2017 mencapai 6,09%, dan pada 2018 lebih meningkat hingga menyentuh 6.18%. Melihat melambatnya pertumbuhan ekonomi ini, saya berharap adanya percepatan sejumlah program oleh Pemerintah Daerah,” jelasnya.