Bisnis.com, MAKASSAR -- Aktivitas ekspor dan impor di Sulawesi Selatan sepanjang tahun 2018 mampu menunjukkan kinerja atraktif. Tercatat, nilai ekspor pada 2018 lalu mencapai 1,16 miliar USD dengan laju pertumbuhan di kisaran 14,06%.
Begitu pula dengan aktivitas impor yang tercatat mencapai 1,18 miliar USD dengan pertumbuhan menyentuh angka 13,47% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja aktivitas perdagangan itu dinilai mampu berkontribusi tehadap perekonomian Sulsel yang bergerak di angka 7,07%.
Seolah menjadi efek domino, hal itu juga menjadi stimulus dan peluang bagi perbankan daerah. Termasuk bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) atau Bank Sulselbar. Yang mana bank milik pemerintah provinsi Sulsel dan Sulbar ini tengah merancang transformasi untuk menjadi bank devisa.
Baca Juga
Catatan impresif pada kinerja ekspor dan impor Sulsel dengan nilai perdagangan yang mencapai miliaran dollar AS itu, dinilai menjadi ceruk potensial jangka panjang untuk digarap Bank Sulselbar melalui penyediaan layanan perbankan berbasis valas.
Direktur Utama Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat menyatakan kesiapannya untuk menjadi bank devisa. Setelah memenuhi sejumlah persyaratan, Bank Sulselbar mulai melakukan perekrutan SDM untuk memperkuat struktur pegelola bank devisa. Ia menyebut, sejauh ini tak ada lagi kendala berarti yang ditemui sembari menanti perizinan dari OJK.
"Apalagi ini juga mendapat support dari pemerintah provinsi dalam hal ini Pak Gubernur. Baru kali ini ada rencana strategis pemprov dimuat tentang menjadikan BPD menjadi bank devisa," jelas Rahmat, Selasa (9/7).
Biasanya lanjut Rahmat, rencana seperti itu hanya dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Namun, berbeda dengan Pemprov Sulsel yang menjadikan program tersebut menjadi dalah satu rencana strategis pemerintah. Hal itu, dinilai menjadi pemicu bagi Bank Sulselbar untuk terus menunjukkan akselerasinya.
Adapun SDM yang direkrut untuk mengelola transaksi valas yang notabene merupakan tugas bank devisa. Dalam menyiapkan SDM, Bank Sulselbar tetap melibatkan tim internal, sebab transaksi yang dinilai secure harus tetap dikawal oleh tim internal. Dengan rincian 10 orang dari tim internal Bank Sulselbar, dan 7 orang lainnya merupakan SDM eksternal yang berasal dari sejumlah perbankan.
"Persoalan SDM sempat menjadi kendala kami, karena bagaimapun kita butuh orang yang paham tentang pengelolaan bank devisa. Untuk internal kita sudah buat SK nya dan sudah siap," katanya.
Sementara untuk pihak eksternal, masih dilakukan seleksi dengan bekerjasama Bank Indonesia (BI) untuk melihat SDM yang potensial yang akan terlibat mengelola bank devisa. Rencananya, Bank Sulsel bisa memperoleh izin dari OJK pada September mendatang.
Direktur Pemasaran dan Syariah Bank Sulselbar, Rosmala Arifin menerangkan, secara umum Bank Sulselbar telah memenuhi seluruh persyaratan untuk menjadi bank devisa. Salah satunya mengenai modal inti, yang mana untuk menjadi bank devisa harus memiliki modal inti sebesar Rp1 triliun.
"Bank Sulselbar sendiri memiliki modal inti Rp2,8 triliun. Ada juga syarat tingkat kesehatan bank selama 18 bulan terakhir. Terakhir, soal Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPPM) minimal 10%, Bank Sulselbar sudah 23%," papar Rosmala.
Persyaratan yang telah dipenuhi membuat Bank Sulselbar menemui jalan mulus menuju bank devisa. Bagi perbankan lain, butuh waktu paling lama dua tahun untuk bertransformasi menjadi bank devisa. Sementara Bank Sulselbar hanya butuh waktu 9 bulan.
Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah menyebut Bank Sulselbar berhasil menunjukkan akselerasinya sebagai Bank Pembangunan Daerah dan meninggalkan image sebagai bank tradisional. Menurut Nurdin, Sulsel kini dirancang menjadi daerah yang ramah investasi. Tak hanya bagi investor lokal tetapi juga investor asing.
"Kita berharap seluruh investasi asing yang masuk ke Sulsel, BPD juga bisa kecipratan. Investasi dalam bentuk mata uang asing itu akan susah ketika bank tersebut bukan bank devisa," kata Nurdin.
Nurdin Abdullah juga telah membuka koneksi dengan sejumlah bank asing yang akan menjadi korespondensi Bank Sulselbar. Sebanyak dua perbankan asal Jepang dinilai berpotensi untuk menjadi mitra Bank Sulselbar. Kendati demikian, korespondensi dengan bank dalam negeri juga harus tetap diprioritaskan.
"Intinya ke depan BPD punya akses langsung akses ke bank asing. Sehingga pendapatan lebih besar dan biaya tarif bisa ditekan," ungkapnya.