Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Sulut Waspadai Harga Tomat

Meski inflasi terus terjadi selama 2 bulan terakhir, Bank Indonesia Sulut tetap optimistis tingkat inflasi pada akhir tahun masih bisa dijaga sesuai dengan proyeksi.
Ilustrasi pedagang menyortir tomat di salah satu pasar tradisional. Tomat menjadi salah sat pemicu inflasi di Sulawesi Utara/Antara-Anis Efizudin
Ilustrasi pedagang menyortir tomat di salah satu pasar tradisional. Tomat menjadi salah sat pemicu inflasi di Sulawesi Utara/Antara-Anis Efizudin

Bisnis.com, MANADO—Sulawesi Utara tercatat mengalami inflasi sebesar 3,6 persen pada Juni. Adapun, inlasi secara tahunan dan tahun berjalan masing-masing tercatat sebesar 5,1 persen dan 4,77 persen.

Inflasi ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya maupun rata-rata inflasi Juni dalam 5 tahun terakhir.

Pergerakan harga tomat menjadi salah satu penyebab utama terjadinya inflasi di Bumi Nyiur Melambai, dengan andil inflasinya mencapai 3,49 persen. Kenaikan harga tomat diperkirakan terjadi karena penurunan jumlah pasokan tomat di pasar.

Melalui siaran pers, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan bahwa penurunan itu disebabkan oleh turunnya produksi tomat. Hal itu, tak lain disebabkan oleh menurunnya minat petani menanam tomat seiring dengan penurunan harga pada April.

Selain itu, Arbonas menuturkan praktik perdagangan tomat antardaerah menjadi faktor penyebab berkurangnya pasokan tomat di Sulut, khususnya Manado.

“Pengiriman tomat ke luar Sulut di sepanjang Juni 2019 ditengarai juga menjadi salah satu faktor penyebab berkurangnya pasokan tomat di Manado, sehingga memicu kenaikan harga tomat pada Juni,” tuturnya melalui siaran pers pada Selasa (2/7/2019).

Meski tomat mengalami inflasi yang cukup tinggi, cabai rawit yang biasanya mendorong inflasi justru mulai kembali ke level normal setelah naik pada bulan sebelumnya. Kontribusi inflasi cabai rawit terhadap inflasi mencapai -0,31 persen.

Arbonas mengatakan bahwa tomat berkontribusi besar dalam inflasi selama 2 bulan terakhir. Dia juga mengatakan, tomat sayur menjadi kontributor utama dalam pergerakan inflasi maupun deflasi di Sulut sepanjang semester I/2019.

“Pergerakan harga tomat sayur sepanjang 6 bulan pertama 2019 perlu diwaspadai dan menjadi perhatian oleh seluruh instansi, lembaga, ataupun dinas terkait,” ujarnya.

Antisipasi terhadap tekanan harga tomat, lanjutnya, perlu dirumuskan melalui langkah-langkah dan strategi yang tepat. Khususnya, dalam mengatasi kesenjangan permintaan dengan produksinya, yang tercermin dari volatilitasi harga dan sumbangannya terhadap inflasi.

Dia mengatakan bahwa meski inflasi pada Juni tercatat cukup tinggi, Bank Indonesia Sulut masih optimistis tingkat inflasi masih dapat dikendalikan hingga akhir tahun. Inflasi secara tahunan tetap diproyeksikan mencapai 3,5±1 persen pada akhir tahun.

Adapun, dia memproyeksikan pada bulan ini tekanan inflasi akan realtif moderat seiring dengan terjadinya normalisasi harga beberapa komoditas. Namun, menurutnya, ketersediaan pasokan komoditas utama perlu diwaspadai menjelang perayaan Pengucapan Syukur pada Juli-Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler