Bisnis.com, MANADO — Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi dinilai berkualitas meski secara jangka panjang perlu didukung investasi yang lebih besar agar mampu menjawab problem pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa Sulawesi sejauh ini dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas dibandingkan Sumatra dan Kalimantan.
“Mayoritas kegiatan ekonomi di sulawesi itu adalah milik rakyat, dalam artian kalau ada perkebunan itu milik rakyat dan tidak bergantung kepada perusahaan besar. Hal itu yang bisa memperkuat ekonomi sulawesi saat ada goncangan,” jelasnya di Manado, Senin (1/4/2019).
Selain itu, tidak bergantungnya ekonomi terhadap komoditas karet dan kelapa sawit membuat pertumbuhan ekonomi lebih stabil.
Menurutnya, fluktuasi nilai komoditas ungulan Sulawesi tidak sebesar kedua komoditas unggulan Sumatera dan Kalimantan itu.
Tahun lalu, sumbangan wilayah Sulawesi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 6,22%, meningkat dari 5,64% pada 2014. Sulawesi Selatan tercatat memiliki rata-rata sumbangan provinsi terbesar sepanjang 2014—2018, yakni 49,49%.
Bambang menilai Sulawesi memiliki potensi besar untuk berkontribusi lebih terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui perannya sebagai pusat pertumbuhan dan hub bagi kawasan Indonesia Timur. Selain itu, industri pariwisata Sulawesi dinilai memiliki potensi yang besar.
“Pada 2020, seluruh provinsi di Sulawesi harus mengidentifikasi produk atau komoditas unggulannya, dan kemudian fokus pada peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas tersebut, disertai dengan penguatan sumber daya manusia [SDM],” jelasnya.
Namun demikian, tantangan utama dalam memaksimalkan potensi tersebut adalah memperkuat hilirisasi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pertambangan. Pengembangan pariwisata berstandar internasional juga turut menjadi tantangan lainnya.
“Saya yakin Sulawesi punya semua komponennnya, reviltasi industri pengolahan salah satunya bagaimana caranya supaya hilirisaisi pertamabangan tidak hanya berhenti di logam. Kita adalah pengekspor nikel mentah palng besar, untuk waktu sekian lama pula, tapi kita tidak punya pabrik stainless steel,” jelasnya.
Menurutnya, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk mendukung hilirisasi industri pengolahan tersebut adalah dengan mendatangkan investasi ke Sulawesi. Hal itu, lanjutnya, juga akan berdampak positif dalam mengurangi tingkat pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.
“Investasi akan menjadi kata kunci bagaimana sulawesi bisa mempertahankan pertumbuhan yang tinggi dan stabil,” katanya.
Pada 2020, Sulawesi Utara ditargetkan dapat mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,01% dan menurunkan tingkat kemiskinan ke level 6,02%.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengatakan bahwa pihaknya cukup optimistis untuk mencapai target-target tersebut. Dia mengatakan bahwa Sulawesi, khususnya Sulawesi Utara ke depan akan lebih banyak menggaet investasi dari Asia Pasifik.
“Kami sekarang harus melihat ke Asia Pasifik, supaya investasi akan lebih mudah masuk ke sini, mereka akan lebih mudah masuk ke sini daripada dari Jakarta. Pertumbuhan ekonomi regional yang akan kita bentuk sendiri ke depan,” katanya.
Dia juga mengatakan bahwa dengan dibukanya berbagai penerbangan langsung dari China ke Manado tidak hanya berdampak terhadap sektor pariwisata. Dari jalur tersebut, lanjutnya, kegiatan perdagangan sudah mulai terbuka dan membawa masuk lebih banyak investor ke Sulawesi.