Bisnis.com, MANADO—Tingkat utilisasi pabrik pengolahan ikan di Bitung Sulawesi Utara meningkat hingga akhir tahun lalu di kisaran 37% atau sekitar 500 ton perhari. Pengolahan ikan didominasi oleh pembekuan dan ikan kayu.
Ketua Asosiasi Pengolahan Ikan (API) Kota Bitung Basmi Said menjelaskan, tingkat utilisasi pengolahan tersebut didorong oleh pengolahan pembekuan ikan dan ikan kayu atau katsuoboshi. Menurutnya, bahkan industri pengolahan tersebut sempat kebanjiran pasokan pada akhir tahun lalu.
“Kalau untuk ikan bonito, atau cakalang yang kecil itu banyak, itu bisa mereka produksi, bahkan mereka sempat menolak [pasokan] karena saking banyaknya, itu untuk katsuoboshi dan pembekuan,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (14/3/2019).
Namun demikian, dia mengatakan bahwa kendala produksi justru dihadapi oleh pengolahan tuna segar berkapasitas besar. Menurutnya, hal itu terjadi disebabkan oleh regulasi terkait pembatasan gross tonnage (GT) atau tonase kotor kapal penangkap ikan.
“Kapal-kapal tangkap di atas 60 GT itu masih terbatas izinnya, tidak seperti yang dibayangkan yang katanya mau dibantu. Tapi kenyataannya banyak teman-teman yang mengeluh izinnya terlambat, kapalnya belum bisa melaut,” jelasnya.
Pasokan yang sementara ini didapatkan dari kapal dengan tonase kecil tidak mampu memenuhi kebutuhan produksi pengolahan yang ada. Selain itu, kualitas dari pasokan yang didapatkan dari perairan di luar Bitung juga cukup rendah.
Baca Juga
Dia mengatakan, ke depan pengolahan pembekuan ikan dan katsuoboshi diperkirakan akan tumbuh bergeliat seiring dengan pasokan bahan baku yang melimpah. Namun, untuk industri pengalengan ikan, khususnya tuna segar, keterbatasan bahan baku masih akan menjadi kendala.
Basmi menyatakan, untuk meningkatkan tingkat utilisasi pabrik pengolahan ikan di Bitung pemerintah daerah juga harus lebih tegas dalam membatasi pengiriman ikan antarpulau. Menurutnya, hal itu cukup mengurangi jumlah pasokan untuk pabrik pengolahan di Bitung dan sekitarnya.
“Tolong dihentikan dululah ekspor antarpulau itu, karena itu cuma kedok. Mereka sampai di Jakarta itu izin ekspor, ke sister company mereka juga. Tawarkan ke Bitung dulu lah, jangan ekspor antarpulau, alasannya ini kan kecil, padahal isinya cakalang besar,” jelasnya.